Buat Apa Bikin Berita, Kalau Tidak Ada Yang Baca?

Bogor, KPonline – Pagi ini, 30 Januari 2019, sepulang kerja shift malam, saya harus berurusan dengan salah seorang mantan buruh yang “nggak jelas eksistensinya”. Jadi begini, perempuan muda ini sebenarnya ” sudah jatuh cinta pada pandangan pertama” terhadap FSPMI. Tapi sayangnya, keanggotaan dirinya di FSPMI masih simpang siur alias kagak jelas gitu.

Sebut saja nama perempuan muda ini Vina. Salah seorang mantan buruh yang bekerja di koperasi salah satu pabrik manufaktur di kawasan industri Menara Permai, Cileungsi, Bogor ini, sudah sangat sering mengikuti dan menghadiri setiap agenda kegiatan organisasi ataupun aksi-aksi.

Bacaan Lainnya

Kembali ke masalah “urusan” tadi. Baru saja kopi hitam dan beberapa gorengan seribuan dan ketan dihidangkan oleh istri saya, belasan pertanyaan sudah diajukan Vina. Dia mengkritisi eksistensi media-media buruh, khususnya Media Perdjoeangan, dengan KoranPerdjoeangan online-nya. Ada setitik kegundahan dalam dirinya ketika membuka-buka halaman website KoranPerdjoeangan.com.

“Bang, kok kolom komentar kosong gitu sih? Ada yang baca nggak sih KPonline? Pertanyaan beruntun tersebut terpampang jelas di layar ponsel milik saya yang Made in China ini. Pagi-pagi gitu loh, udah dikasih sarapan gorengan, kopi hitam dan serbuan pertanyaan. Hellooo..Gue sarapan aja belon!

Tapi demi menjaga kredibilitas pilar organisasi yang saya cintai ini, sebisa mungkin saya jawab yang bisa saya jawab, dan saya pun akan “ngeles” sebisanya. “Ngeles”, hal tersebut terpaksa saya lakukan, karena begitu kritisnya Vina, menyerang dengan pertanyaan yang memang bukan kapasitas saya untuk menjawabnya. Dan tak terasa percakapan melalui aplikasi Whatapp pagi ini sudah hampir 2 jam lamanya.

Kenapa kolom komentar di KoranPerdjoeangan.com relatif lebih sering kosong? Ahh, come on guys, you know lah. Tingkat militansi setiap anggota FSPMI kan enggak semuanya sama dan rata. Ada yang tingkatan militansinya sudah setingkat Dewa, yang saban hari selalu membagikan link berita KoranPerdjoeangan.com di semua media sosial yang dia miliki. Ada pula anggota FSPMI yang tingkatan militansinya setingkat Camat atau Lurah, yang sering membagikan link berita KoranPerdjoeangan.com, tidak setiap hari memang, tapi kontinyuitasnya sering.

Dan yang miris adalah, tingkatan militansi anggota FSPMI di tingkat Gembel. Yup, Gembel. Jelas banget kan tulisannya. Sekali lagi nih. Gembel. Tingkat militansi inilah yang terendah, dimana ada anggota FSPMI tapi tidak pernah sekalipun membaca medianya sendiri. Jadi boro-boro membagikan link berita KoranPerdjoeangan.com, membaca berita dan artikel di KoranPerdjoeangan.com saja tidak pernah.

 

Memang kolom komentar bukan jaminan kalau sebuah media online dibaca dan dipahami oleh pembaca setianya. Meng-klik link beritanya pun, sudah dianggap membaca. Tapi setidaknya, meninggalkan jejak digital di kolom komentar, akan meningkatkan kredibilitas media online tersebut. Disamping itu juga, interaksi antar pembaca dan interaksi antara pembaca dengan penulis, akan menumbuhkan rasa keterikatan yang kuat. Interaktif dan komunikatif, yang pada akhirnya berujung pada rasa memiliki, bahwa peran media adalah sangat penting keberadaannya.

 

Seruput kopi pagi ini, terasa pahit. Bahkan pisang goreng yang biasanya manis pun jadi terasa pahit. Setelah Vina menyerang dengan berbagai pertanyaan diatas standar. Mulai muncul di benak saya. Jangan-jangan berita atau artikel yang gue tulis, kagak ada yang baca? (RDW)

Pos terkait