Pelalawan, KPonline – Di sebuah warung kopi sederhana di tepi Jalan Lintas Timur, Pelalawan, sekelompok buruh berkumpul untuk menyuarakan keluh kesah mereka terkait aturan manajemen perusahaan tempat mereka bekerja. Warung kopi itu menjadi saksi diskusi hangat antara para buruh yang merasa hak-haknya tidak dipenuhi dan keinginan mereka untuk diperhatikan.
Iin, salah satu buruh yang telah bekerja lebih dari dua tahun, menyampaikan keluhan utamanya terkait kontrak kerja yang tidak jelas. “Kami dijanjikan kontrak yang pasti, tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan. Setiap kali ditanyakan, manajemen selalu mengulur waktu,” ujarnya.
Senada dengan Iin, Adit menambahkan bahwa tunjangan skill yang seharusnya menjadi hak mereka juga tidak pernah diberikan. “Padahal kami sudah melalui pelatihan dan memiliki sertifikasi. Tapi perusahaan seperti menutup mata,” kata Adit dengan nada kecewa.
Masalah lainnya yang mengemuka adalah tunjangan kalori dan transportasi. Surya, buruh yang bertugas di bagian produksi, menuturkan bahwa beban kerja yang berat membutuhkan asupan gizi yang cukup, namun tunjangan kalori yang dijanjikan tidak pernah terealisasi. “Kami juga harus mengeluarkan uang lebih untuk transportasi karena tidak ada subsidi dari perusahaan,” imbuhnya.
Sementara itu, Doni mengungkapkan harapan besar dari para buruh. “Kami hanya ingin hak-hak dasar kami dipenuhi. Tunjangan yang sudah dijanjikan harus diberikan, dan manajemen seharusnya lebih peduli pada kesejahteraan karyawan,” tegas Doni.
Diskusi di warung kopi itu menjadi simbol kegelisahan para buruh yang merasa tidak diperlakukan adil. Mereka berharap perusahaan dapat segera merespons dengan langkah nyata untuk memperbaiki kondisi kerja.
Warung kopi Jalintim hari itu tidak hanya menjadi tempat berkumpul, tetapi juga titik awal perjuangan para buruh untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Harapan mereka sederhana : mendapatkan perlakuan yang manusiawi sesuai dengan aturan yang telah disepakati. Apakah suara mereka akan sampai ke meja manajemen? Hanya waktu yang akan menjawab. (Heri)