Purwakarta, KPonline – Setiap tanggal 2 Mei, Bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Pendidikan Nasional. Meskipun bukan hari libur nasional, Hari Pendidikan Nasional dirayakan secara luas di Indonesia.
Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting bagi kemajuan sebuah bangsa. Karena, pendidikan memegang peranan dalam menentukan kualitas warga negara.
Manusia yang berpendidikan atau berilmu tentu berbeda dengan manusia yang tidak berpendidikan atau tidak berilmu.
Menyambut Hari Pendidikan Nasional, Hendra Mulyadi sebagai bagian dari tim media Perdjoeangan daerah Purwakarta mengatakan. Pendidikan di negara ini adalah pendidikan untuk mencetak kuli, dan kaum-kaum intelektual memiliki peran yang besar dalam mewujudkan bangsa ini sebagai bangsa kuli.
Rasanya tepat apa yang sudah dikatakan Hendra Mulyadi. Karena sampai saat ini pendidikan yang hadir mulai dari tingkat dasar (SD) hingga tingkat atas (SLTA) tidak ada satu kurikulum pun yang berisi tentang pekerja atau buruh.
Padahal, segala sesuatu tentang pekerja seharusnya dimuat dalam kurikulum pendidikan. Sehingga setelah lulus sekolah dan untuk selanjutnya masuk dunia kerja, mereka mengetahui apa saja hak-hak yang wajib didapat setelah mereka menjadi seorang pekerja. Ujar Hendra
Ia pun kembali mengatakan. Tidak pernah diajarkan apa definisi pekerja atau buruh, menyebabkan banyak orang salah menilai pekerja atau buruh. Terlebih, saat demo terjadi.
Parahnya, kebanyakan dari mereka yang mencemooh pekerja atau buruh sebetulnya adalah dari kalangan mereka sendiri. Seperti; Wartawan, Artis, Pengacara, Eksekutif muda, Supervisor, Manajer, General Manajer dan lain-lain yang mendapatkan upah atau gaji. Jelas Hendra
Selama kurikulum pendidikan hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar atau pesanan atau bahkan hanya sebagai pengguguran kewajiban saja dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui sistem, tidak mungkin untuk membantu terciptanya kemajuan bangsa.
(Hendra Mulyadi/Lestareno)
