Medan,KPonline, – Setelah lebih dari tujuh puluh tahun merdeka, kita sering bertanya: mengapa mentalitas sebagian besar masyarakat kita masih terjebak pada pola pikir “mental kuli”? Fenomena ini bukan sekadar warisan penjajahan fisik, melainkan juga akibat penjajahan mental yang tak pernah benar-benar diatasi.
Dalam sejarah panjang bangsa ini, penjajahan bukan hanya tentang eksploitasi sumber daya alam, tetapi juga penindasan mental. Bangsa kita dijadikan subordinat, ditekankan bahwa kita hanya pantas menjadi pekerja kasar atau buruh tanpa daya tawar. Akibatnya, pola pikir inferior tertanam hingga ke generasi berikutnya.
Kini, di tengah kebebasan yang kita rayakan, pola pikir itu masih terasa. Banyak yang memilih tunduk pada keadaan, merasa cukup hanya menjadi pengikut, dan enggan berinovasi atau mengambil peran sebagai pemimpin. Bahkan, dalam dunia kerja, mentalitas ini terlihat jelas. Kita sering mendengar ungkapan, “Yang penting kerja, tak perlu protes,” atau, “Ikuti saja perintah, jangan banyak bertanya.” pasrah diperbudak dan dieksploitasi oleh para kapitalis keturunan dari bangsa seberang bermata sipit yang bukan lahir di negeri ini, tidak mampu melakukan perlawanan, alasannya juga sederhana ” Takut di PHK nanti kehilangan pekerjaan, padahal ketika di PHK bukan berarti kiamatnya dunia dan hilangnya seluruh rezeki”
Kemerdekaan sejati bukan hanya tentang kebebasan dari penjajahan fisik, tetapi juga pembebasan mental. Kita harus berani melawan pola pikir lama yang membelenggu. Kita harus membangun kepercayaan diri sebagai bangsa yang mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain, bukan sekadar sebagai pekerja bawahan,menjadi budak para kapitalis rakus yang tidak punya rasa kemanusiaan, harusnya kita menjadi pemimpin di semua sektor ekonomi, menjadi tuan dinegeri sendiri.
Untuk mengatasi menghapus mental kuli ini, pendidikan dan kesadaran kolektif harus menjadi prioritas. Anak-anak buruh generasi muda Indonesia harus diajarkan untuk berpikir kritis, memiliki keberanian untuk melakukan perlawanan dan harus punya mimpi besar untuk menjadi tuan dinegeri sendiri, siklus menjadi budaknya kapitalis harus diputus.
Bangsa ini memiliki potensi besar, namun potensi itu tidak akan pernah terwujud jika kita masih terus terjebak dalam mentalitas jajahan.
Saatnya kaum Buruh bangkit dari mental kuli dan meraih kemerdekaan yang sejati. Jangan biarkan warisan penjajahan merusak masa depan anak-anak kaum Buruh negeri ini.
Photo Ilustrasi
Sumber Google