Ahmad Heryawan, Kami Akan Datang!

Bandung, KPonline – Dewan Pimpinan Wilayah Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (DPW FSPMI) Provinsi Jawa Barat menyerukan aksi besar-besaran di gedung Sate, Bandung. Direncanakan, aksi ini akan melibatkan ribuan buruh se-Jawa Barat. Digelar pada hari Selasa (21/11/2017).

Seruan aksi ke Gedung Sate, sekaligus mengingatkan Ahmad Heryawan agar tidak terlalu santai dalam menghadapi penetapan upah minimum 2018. Faktanya tidak hanya Anies – Sandi di Balai Kota yang dikepung buruh. Gedung Sate pun tak luput dari kepungan buruh.

Sebelumnya, di berbagai provinsi, secara bergelombang kaum buruh melakukan aksi.

“Mohon keikhlasan hati kawan-kawan untuk mengkonsolidasikan seluruh PUK dan anggota. Wajib ikut aksi upah se-Jawa Barat pada hari Selasa tanggal 21 Nopember 2017 jam 9 di Gedung Sate,” demikian dikatakan Presiden FSPMI, Said Iqbal.

Menurut Said Iqbal, aksi ini dilakukan untuk mengawal dan memenangkan upah minimum usulan buruh.

“Kita akan terus melakukan perlawanan terhadap upah murah,” tegasnya.

Kita tahu, beberapa orang menanggapi sinis terhadap perjuangan FSPMI dalam menuntut upah layak. Mereka menilai, di hadapan Aher, FSPMI terlalu lembek.

“Mungkin karena banyak petinggi FSPMI merupakan kader PKS,” demikian kata mereka.

Benarkah demikian? Tentu saja, itu salah.

PKS atau bukan PKS tidak pernah menjadi dasar dalam pertimbangan FSPMI dalan mengambil keputusan. Termasuk ketika memutuskan untuk melakukan aksi-aksi besar di Jawa Barat.

Di Jakarta, FSPMI mendukung Anies – Sandi yang juga didukung oleh PKS. Tetapi ketika kebijakan Anies – Sandi tidak berpihak kepada kaum buruh, FSPMI lah yang paling lantang menyuarakan kritik tajam terhadap pemimpin DKI Jakarta.

Di Bekasi, dalam pertarungan Pilkada, bahkan FSPMI memajukan sendiri kadernya dalam jalur independen. Meski pun kader PKS juga maju di kabupaten dengan seribu industri ini, tetapi FSPMI tak bergeming.

Di Jawa Barat, ketika Aher kemudian memutuskan upah murah dan bahkan upah padat karya, FSPMI juga yang melakukan perlawanan. Selain aksi, juga menggugat ke pengadilan.

FSPMI mendasarkan penilaiannya pada kepentingan buruh. Bukan pada partai atau elit politik tertentu. Sepanjang mereka berpihak pada buruh, tentu akan didukung. Tetapi jika tidak, FSPMI akan bangkit dan mengibarkan bendera perjuangan.

Mengapa demo ke Jawa Barat dilakukan di detik-detik terakhir penetapan? Sebenarnya tidak. Sudah beberapa kali aksi ke Gedung Sate dilakukan. Kalaulah saat ini kembali diserukan aksi, itu karena organisasi ini memiliki nafas panjang dalam berjuang. FSPMI bersolidaritas tanpa batas, berjuang hingga akhir.

Jadi, untuk Ahmad Heryawan, kami akan datang! Jangan sekali-kali permainkan nasib kaum buruh.