Suciwati Sebut Perempuan Harus Berani dan Tetap Menjadi Diri Sendiri

Jakarta, KPonline – Dalam Konferensi Perempuan Indonesia yang digelar di Gedung Joeang 45, Jakarta, Selasa (07/3/2023), terlihat hadir Suciwati, salah satu aktivis HAM sekaligus istri dari salah satu korban pelanggaran HAM.

Masih ingat kasus pelanggaran HAM, Munir? Ya, Munir Said Thalib adalah salah satu aktivis Hak Asasi Manusia di Indonesia. Ia merupakan salah satu pendiri lembaga swadaya masyarakat Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dan Imparsial.

Pada saat menumpangi pesawat Garuda Indonesia dari Jakarta menuju Amsterdam pada bulan September 2004, ia dibunuh dengan cara diracuni menggunakan arsen. Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir pada saat itu.

Suciwati menjelaskan perjuangan politik, penuntasan kasus HAM, seorang perempuan harus berani memperjuangkan hak.

“Seorang perempuan harus berani memperjuangkan dan harus jadi diri sendiri. Dari kasus HAM Munir, saya berani untuk mempertanyakan, peran perempuan adalah saya harus berdiri mendorong bahwa ini adalah kasus pelanggaran ham berat,” sebut Suciwati.

Selain Suciwati yang menyampaikan tentang pentingnya perempuan dalam berpolitik, hal yang sama juga disampaikan oleh Jackie, seorang mantan pramugari Garuda Indonesia yang saat ini berkecimpung di Serikat Pekerja Bandara Indonesia.

“Perempuan itu mempunyai nilai. Perempuan harus setara. Perempuan harus melihat dan mendengarkan sekitar. Perempuan harus memiliki keberanian. Berpendapat, berkritis, dan mencalonkan diri,” kata dia.

Menurutnya, tak jarang banyak hal yang mengaitkan perempuan di Indonesia dengan budaya. Namun sebagai buruh harus memiliki egaliter dan kesetaraan.

“Dengan Partai Buruh ini kita dukung mereka yang tahu kondisi di dalam kita dulu. Bagaimana kita bisa memiliki kepemimpinan di klas pekerja jika kita tidak menghargai mereka yang tahu kondisi kita,” ujar Jackie. (Mia)