Puisi : Hujan Senja November

Hujan senja bulan November
Paripurna sudah
Melati yang kutanam gugur sudah
Tinggalkan dahannya yang mulai ringkih

Kelak ku cari lagi, bunga Ayelir yang lebih harum
Atau ku tunggu melati itu
Yang kini lunglai daunnya di gerus ulat
Yang rakus melahap setiap helainya

Melati itu tak juga mampu melawan
Di jalanan hujan senja terus menghujam
Menjadi tanda bahwa air akan jatuh sedikit lebih lama.
Entah apa alasannya.

Mungkin itu ucapan selamat tinggal.
Tentang November yang banyak kenangan.
Tentang hujan..
Tentang bahagia yang tersimpan dalam lemari
Dengan debu yang menempel pada gagang pintunya.

“Aku menunggumu”

Suaramu di ujung sana
Membuyarkan lamunanku senja ini
Suara itu menggema di balik tirai putih garis garis
Di luar air jatuh lebih deras
Dari sudut mataku dengan kilatan cahaya di langit

Mukakuning, 20 November 2020