Jakarta, KPonline – Banyak orang Indonesia lebih memilih menjadi nelayan di Thailand, ketimbang menjalani profesi serupa di dalam negeri. Alasannya, risiko kerugian menjadi nelayan Thailand lebih kecil.
“Sistem ijon yang ditawarkan perusahaan ikan Thailand lebih diminati nelayan kita. Mereka dapat modal untuk melaut dan mereka tidak menghadapi risiko yang besar. Istilahnya, biarlah tenaga saya habis di laut daripada bangun modal sendiri dan hilang,” ungkap Kepala Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Yon Vitner saat ditemui di kantor Kadin, Kuningan, Jakarta, Senin (22/9/2014).
Yon menjelaskan, sistem ijon yang ditawarkan perusahaan ikan Thailand memberikan kemudahan bagi nelayan Indonesia untuk melaut. Sistem ijon adalah memberikan seluruh fasilitas nelayan seperti bahan bakar, perahu hingga alat tangkap dengan jumlah nominasi tertentu dengan konsekuensi nelayan diwajibkan menjual ikan yang mereka tangkap kepada perusahaan ikan Thailand.
“Pedagang ini butuh ikan. Ijon itu diberi kapal, bahan bakar dan uang untuk kamu menangkap ikan. Kamu nggak usah keluarin apa-apa tinggal modal berani. Kalau sistem di kita itu kan harus balikin modal dulu lalu jual ikan, ini yang dikatakan sistem bagi hasil kita yang belum mensejahterakan nelayan,” paparnya.
Lewat cara ini dampak negatifnya membuat industri pengolahan ikan di dalam negeri kekurangan pasokan bahan baku. Bahkan beberapa perusahaan pengolahan ikan di dalam negeri harus mengimpor bahan baku ikan dari Thailand.
“Ini penyebab kita kekurangan bahan baku,” sebutnya.
http://finance.detik.com/read/2014/09/22/160734/2697489/4/lebih-sejahtera-orang-ri-pilih-jadi-nelayan-di-thailand