Kahar S. Cahyono : Menulis Adalah Melukis dengan Kalimat

Bogor, KPonline – Media, menjadi hal yang tak bisa dipisahkan dengan masyarakat umum. Bahkan kini media menjadi salah satu kebutuhan untuk semua usia.

Dalam Pendidikan Media yang diselenggarakan PP SPEE FSPMI di Pusdiklat FSPMI, Bogor, Jumat (25/8/2024), juga dibahas jelas tentang dunia media, baik itu tentang teknik menulis, memahami jurnalistik, teknik pengambilan gambar dan video.

Vice Presiden FSPMI Bidang Infokom, Kahar S. Cahyono, sebagai fasilitator yang juga pimpinan redaksi Media Perjoeangan memaparkan teknik menulis. Ia menjelaskan apa saja yang harus dilakukan sebelum menulis mulai dari Perencanaan, Menuliskan, Mengkoreksi, dan Mempublikasi.

Lalu, dia memaparkan bagaimana sebuah tulisan dalam menemukan ide untuk bisa mengindera dengan kata-kata, menentukan angle yang tak hanya fokus terhadap 5W+1H, namun sebuah tulisan juga harus memperhatikan struktur penulisan.

Selain itu, Kahar juga memaparkan bagaimana menarik minat pembaca pada kalimat pertama. Dalam struktur penulisan, di bagian paling atas ditulis hal paling mengesankan pembaca, kemudian tubuh tulisan atau 5W+1H, informasi pendukung dan informasi tambahan.

Untuk menghidupkan sebuah tulisan perlu melakukan riset dan melakukan reportase atau menghidupkan tokoh di dalamnya. “Menulis itu bercerita, bukan memberitahu, tapi melukiskan dengan kalimat,” ucap Kahar.

Kemudian juga dibahas tentang jurnalistik. Secara harfiah jurnalistik artinya kewartawanan atau kepenulisan. Berasal dari bahasa Yunani Kuno “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.

Adapun 4 proses jurnalistik :
1. Pengumpulan Informasi, meliputi riset dan wawancara/reportase
2. Perencanaan, menguji kebenaran informasi
3. Menulis, menyusun kalimat yang menarik
4. Produksi, menyajikan informasi

Dalam melakukan riset atau reportase, harus memiliki kriteria : akurat, lengkap, kritis, komunikatif dan terstruktur. Itulah hal-hal yang harus diperhatikan dalam setiap kata tulisan.

Kahar menutup dengan kalimat, “Menuliskan apa yang kamu pikirkan, bukan memikirkan apa yang akan tulis.” (Mia)