Jakarta, KPonline – Dalam semangat sinergi antara aparat negara dan elemen kelas pekerja, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menggandeng salah satu pilar dari Serikat Pekerja FSPMI, yakni Garda Metal, dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara ke-79 yang akan digelar di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, pada 1 Juli mendatang.
Keterlibatan Garda Metal, pasukan disiplin dan militan dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) dalam kegiatan kenegaraan ini bukan sekadar simbol. Melainkan, bentuk nyata kolaborasi strategis antara institusi keamanan dengan gerakan pekerja yang selama ini dikenal kritis terhadap kebijakan publik yang tidak berkeadilan. Ratusan anggota Garda Metal, sampai hari ini, Minggu, (29/6)/2025) telah mengikuti rangkaian gladi resik selama hampir sepekan penuh bersama jajaran Polri, sebagai bentuk persiapan menyeluruh dalam upacara akbar tersebut.
Pangkornas Garda Metal, Supriyadi Piyong dalam keterangannya kepada media perdjoeangan, menyampaikan bahwa keterlibatan Garda Metal dalam kegiatan ini adalah kehormatan dan tanggung jawab besar. “Kami hadir bukan hanya sebagai peserta seremoni, tapi juga sebagai representasi kelas pekerja yang ingin menunjukkan bahwa buruh adalah bagian dari bangsa ini, ikut membangun dan menjaga negeri,” tegasnya.
Menurutnya, Garda Metal hadir tanpa mengeluh dengan semangat kedisiplinan, loyalitas, dan semangat kebangsaan. Kehadiran Garda Metal pada perayaan HUT Bhayangkara ini membuktikan bahwa serikat pekerja bukan hanya hadir di jalanan saat menyuarakan tuntutan, tetapi juga siap ambil bagian dalam agenda kenegaraan yang membangun citra positif dan nasionalisme.
Keterlibatan Garda Metal dalam acara resmi negara ini menjadi bukti bahwa gerakan buruh tidak melulu soal perlawanan, tetapi juga kolaborasi. Di mata publik, Garda Metal dikenal sebagai barisan terdepan dalam aksi-aksi besar buruh menuntut keadilan sosial. Namun kini, kehadiran mereka dalam acara kenegaraan mencerminkan perubahan wajah gerakan. Dari oposisi, ke posisi dialog dan keterlibatan aktif.
Hal ini juga menjadi sinyal positif bagi masyarakat luas bahwa perjuangan buruh bisa bergerak ke ruang-ruang strategis kebangsaan, selama ada niat saling mendengar dan membangun bersama. Keterlibatan Garda Metal menjadi angin segar bagi perjuangan kelas pekerja yang selama ini sering kali diposisikan di luar sistem.
Pantauan di lapangan menunjukkan keseriusan dalam persiapan teknis maupun protokoler. Gladi resik yang dilakukan sejak pagi hingga malam hari melibatkan sinkronisasi gerak, barisan, serta tata upacara kenegaraan yang melibatkan pasukan gabungan dari berbagai satuan. Garda Metal turut membaur dengan barisan peserta lain, memperlihatkan kesiapan fisik dan kedisiplinan tinggi.
Menurut salah satu komandan lapangan dari Polri, kehadiran Garda Metal menambah semangat baru dalam pelaksanaan upacara. “Mereka punya energi kolektif yang kuat, dan itu membantu menciptakan suasana solid di antara peserta upacara. Sinergi ini patut diapresiasi,” ujarnya.
Bagi FSPMI, keterlibatan dalam HUT Bhayangkara ke-79 ini menjadi panggung strategis untuk menunjukkan bahwa gerakan buruh bisa bersinergi secara positif dengan institusi negara, tanpa kehilangan identitas perjuangannya.
Dan keterlibatan ini diharapkan membuka ruang komunikasi yang lebih luas dengan pemerintah dan lembaga keamanan, dalam rangka memperjuangkan hak dan keadilan sosial bagi pekerja. Dimana, serikat pekerja ingin menunjukkan bahwa buruh bukan ancaman, tapi mitra bangsa. Garda Metal adalah representasi dari kesadaran baru buruh modern, militan, nasionalis, dan solutif.
Upacara puncak HUT Bhayangkara akan digelar secara megah dan terbuka untuk publik, dengan sejumlah atraksi dari pasukan gabungan, parade, serta sambutan dari Presiden Republik Indonesia. Kehadiran Garda Metal akan menjadi salah satu sorotan tersendiri, mengingat ini adalah kali pertama kelompok buruh ikut secara resmi dalam format upacara kenegaraan berskala nasional di Monas.
“Sinergi yang terpadu antara Polri dan Garda Metal dalam HUT Bhayangkara ke-79 bukan hanya simbol kerjasama, tetapi menegaskan pesan kuat bahwa kekuatan bangsa ini terletak pada kemampuannya menyatukan kekuatan rakyat. Termasuk buruh, dalam satu tekad menjaga Indonesia tetap aman, adil, dan sejahtera”