Annual Meeting IMF – Bank Dunia Dinilai Sebagai Pembodohan?

Jakarta, KPonline – Ketua Badan Pengarah Lembaga Studi untuk Kajian Nasional dan Demokrasi (Institute for National and Democracy Studies/INDIES) Erpan Faryadi dalam makalahnya berjudul “Membongkar Skema Kapitalisme Monopoli dalam Melakukan Dominasi Ekonomi, Politik, dan Kebudayaan Melalui Instrumen IMF dan Bank Dunia” menilai, pemilihan tema Voyage to Indonesia dalam Annual Meeting 2018 (Pertemuan Tahunan) IMF – WB yang akan diselenggarakan pada 8-14 Oktober 2018 di Bali Indonesia adalah sebuah bentuk pembodohan.

Menurut Erpan, justru yang sebenarnya terjadi, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan Bank Dunia (World Bank/WB atau International Bank for Reconstruction and Development/IBRD) sebagai lembaga kapital keuangan monopoli milik imperialis, di bawah pimpinan Amerika Serikat (AS), sedang berupaya melanjutkan rencana-rencana lanjutan menyerang rakyat dunia.

Bacaan Lainnya

Tujuan serangan adalah terlaksananya skema dan tercapainya tujuan penghisapan dan penindasan imperialisme.

“Kedua lembaga tersebut mengonsolidasikan seluruh anggota agar dapat memastikan implementasi rencana jahat secara cepat melalui Annual Meeting 2018 (Pertemuan Tahunan) yang akan diselenggarakan pada 8-14 Oktober 2018 di Bali, Indonesia,” tulis Erpan.

Seperti diketahui, tema besar kegiatan Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 adalah Voyage to Indonesia 2018 yang berarti perjalanan menuju tempat baru.

Tema ini diambil, sebagai usaha memperkenalkan Indonesia yang “baru” dengan “prestasinya” yakni melakukan banyak reformasi, meningkat daya tahan ekonominya dari goncangan domestik atau global, serta pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Indonesia dijadikan contoh kisah sukses tentang “kemampuannya” mengatasi goncangan krisis ekonomi dunia tahun 2008.

Menurut Erpan, pemilihan tema dan pengertiannya adalah usaha membodohi seluruh rakyat dunia, khususnya rakyat tertindas Indonesia. Cerita di balik makna tema yang dibuat pembual-pembual hebat dunia abad 21, tuan-tuan IMF dan Bank Dunia.

Kisah sebenarnya yakni Indonesia menunjukkan “kehebatan” dalam kesediaan menanggung beban krisis sistem kapitalisme monopoli yang semakin melapuk dengan cara membuka semakin lebar keran impor kapital, berupa utang dan investasi, agar dapat semakin merampok kekayaan alam, mengintensifkan penghisapan dengan upah murah, serta menjadikan Indonesia sebagai sasaran barang “sampah” milik imperialis.

Pos terkait