Sontoloyo, Genderuwo, Buta Budek Pabrik Tutup

Purwakarta, KPonline – Ketika memilih diam di rumah walaupun bolak-balik ditagih hutang, terintimidasi. Sementara hutang pabrik dengan penangguhan upah dan uang makan yang merupakan haknya seolah malah diikhlaskan.

“Dibayar syukur, teu dibayar ya sudahlah, karunya pabrikna.” Itu Sontoloyo.

Bacaan Lainnya

Politik Genderuwo itu…

Berkata hendak tetap beroperasi lalu meliburkan karyawan dengan tetap memasukkan pekerja laki-laki untuk keluarkan 9 kontainer produk ekspor dan aset perusahaan.

Lalu secara sepihak dan tiba-tiba menyatakan perusahaan berhenti beroperasi dengan pengumuman yang ditempel di gerbang pada jam 2 dini hari.

Itu Politik Genderuwo. Karena membuat banyak orang takut dan harap-harap cemas akan hidup kedepannya.

Apakah perusahaan sudah tak perduli dengan 10, 20, bahkan 27 tahun pengabdian dan menjadi penghasil kekayaan empunya perusahaan?

Buta Budek itu….

Ketika jalan Nasional nekad ditutup emak-emak yang marah dikibuli perusahaan, sekejap berita tutupnya pabrikpun membelalakkan mata kita semua.

Berdatanganlah para simpatisan perjuangan buruh bermartabat yang reaktif siang malam bergilir menjaga pabrik.

Mereka berdatangan dari segenap penjuru. Pun dari yang jauh.

Bantuan moril maupun materil mereka berikan dan kedepan niscaya akan terus berganti berdatangan…

Jauh-jauh datang memberi dukungan. Tapi yang di dalam malah terpecah dan nyinyir.

Wajah kuyu ibu-ibu yang turut jaga aset pabrik yang didalamnya terdapat hak mereka itu sepertinya tak mampu menggugah semangat solidaritas dalam jiwamu.

Justru yang tampak malah kekesalanmu yang berlanjut dengan permintaan membuat surat pengunduran diri dari serikat pekerja hanya lantaran turut bersama rekan-rekan pekerja lainnya berjaga menjaga aset parik yang memang belum fix status terkininya.

Kalau memang berjuang dengan mengedepankan sikap waspada dan bersungguh-sungguh menuntut hak adalah melanggar AD/ART organisasi, pecat saja mereka!

Niscaya, mereka akan semakin teguh memegang prinsip. Mereka itu Srikandi Perkasa!!

Tak sedikit dari para pekerja non FSPMI (demi mendengarkan hati nuraninya utk berjuang dengan sungguh-sungguh menuntut ditunaikannya hak pekerja itu) akhirnya membuat surat kuasa kepada tim pembela FSPMI.

Celakanya, tim pembela diusir keluar dari meja perundingan.

“Perundingan” diundur tanpa satu statemenpun terkait siap tidaknya utk patuhi aturan perundangan. Parahnya, temen-temen pekerja itu malah “disingkirkan” dan dianggap sebagai mata-mata.

Dalam pengelihatanku, perusahaan terus berupaya untuk mencari cara dan alibi untuk melemahkan tuntutan terpenuhinya hak kalian.

Dalam pengelihatanku, hak 2 PMTK dan dibayarkannya hutang penangguhan upah adalah mimpi di siang bolong bila tanpa ketegasan.

“Kebaikan” mereka adalah hipnotherapy yg membuat kalian menurut dan tak bisa membedakan mana yang aturan dan mana yang diatur.

Dan, memang tak banyak yang bisa kudengar tentang apa yang terjadi atau apa yang direncanakan para pemegang keputusan atas kompensasi yang hendak diberikan.

Rumor-rumor ketidakterbukaan angka penjualan aset masih bersifat spekulatif karena kita belum memiliki legal standing atas penguasaan pabrik.

Tapi riuh rendah kisah sedih dan pilu pekerja sudah cukup nyaring kudengar dan perlu segera ditangani.

Sayangnya, justru dongeng menjelang tidur yang hendak kau beri…

Aku melihat,
Aku mendengar…
Dengan jelas!!
Entah denganmu.

Salam hormat untuk buruh yang berlawan dengan bermartabat

Penulis: Aa Kobar

Pos terkait