Perempuan…
Katanya engkau mayoritas ?
Pernahkah sejenak kau bermuhasabah,
Menelisik setiap bagian dari dirimu
Yang kelihatan dan tak terlihat secara teliti ?
Perempuan…
Adakah kau pahami,
Bahwa dirimu punya kekuatan dan mimpi besar,
Mimpi yang ketika bangun terwujud nyata
Perempuan…
Jadilah pelita didalam kegelapan,
Membasahi dikala gersang,
Tetap bersinar walau engkau tiada.
Sebagai organisasi gerakan, memiliki kader handal dalam jumlah besar merupakan kebutuhan mutlak agar organisasi dapat berjalan di semua tingkatan. Di samping itu organisasi juga memiliki kepentingan untuk menciptakan pemimpin-pemimpin perempuan yang dapat mengisi posisi-posisi strategis di Organisasi mengisi posisi-posisi strategis di lembaga perumus kebijakan dan pengambilan keputusan. Kebutuhan kader Pemimpin Perempuan dari tingkatan Pimpinan Unit (PUK), Cabang (PC), Wilayah (DPW), Pimpinan Pusat SPA (PP) dan Nasional (DPP), salah satunya bisa dipenuhi melalui pendidikan kader berjenjang. 40% keterwakilan perempuan belum mutlak ada dalam struktur SPA dari tingkat bawah (PUK) hingga tingkat atas (DPP).
International Women’s Day merupakan agenda tahunan Perempuan, khususnya Perempuan FSPMI. Jakarta (7/03/25) bertempat di Kantor DPP-FSPMI, Departemen Perempuan-FSPMI mengadakan agenda FGD dengan tujuan menyiapkan kader Pemimpin perempuan menjelang MUNAS dan KONGRES 2026.
Departemen Perempuan dituntut untuk menyiapkan generasi baru, khususnya tunas-tunas perempuan belia, sebagai kekuatan strategis menuju keunggulan atau kemajuan Organisasi yang sarat tantangan.
Tidak hanya sebatas melanjutkan kepemimpinan, namun memiliki harapan besar, bahwa kader Perempuan FSPMI harus bisa melakukan perubahan dan terobosan, baik untuk dirinya sendiri, terlebih dalam tubuh organisasi dan gerakan. Di berbagai gerakan sosial ataupun organisasi, proses kaderisasi selalu dimaknai sakral dan serius. Upaya mempersiapkannya pun juga dilakukan dengan matang dan tersistematis. Proses kaderisasi inilah yang dimaknai sebagai kawah candradimuka.
Menyambut tantangan Perempuan di dunia kerja, menghadapi berbagai tantangan; seperti diskriminasi gender, beban kerja ganda, dan stereotip gender. Yang lebih berat ini, mestinya kaderisasi tidak hanya sebatas pada pengkaderan formal dan non-formal, namun pemetaan pengkaderan harus senantiasa dilakukan di samping mengedepankan data base kader fungsional. Tuntutan saat ini seolah mewajibkan adanya ketersediaan kader yang siap ditempatkan di berbagai posisi, baik internal maupun eksternal. Bahkan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan maka diperlukan penyiapan yang matang dan kontinyu. Sebab, kepemimpinan Perempuan FSPMI masa depan tentunya memiliki tantangan yang lebih berat lagi.
Perempuan yang kuat adalah yang percaya diri dan berani unjuk kemampuan.
Kita adalah pekerja keras dimana pun berada dan berusaha bahkan di lingkungan dominasi laki-laki.
(Endah)



