Fenomena Bulan Ramadhan bagi Kelas Pekerja: Antara Ibadah dan Tuntutan Profesi

Fenomena Bulan Ramadhan bagi Kelas Pekerja: Antara Ibadah dan Tuntutan Profesi

Purwakarta, KPonline–Ramadhan 1446 Hijiriah, tinggal hitungan hari. Bulan Ramadhan menjadi momen istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dan bagi kelas pekerja atau kaum buruh, bulan suci ini menghadirkan tantangan tersendiri dalam menyeimbangkan ibadah dan kewajiban profesional.

Banyak perusahaan menerapkan kebijakan jam kerja yang lebih pendek selama Ramadhan. Namun, bagi pekerja di sektor tertentu seperti layanan kesehatan, transportasi, keamanan, dan industri ritel, beban kerja tetap tinggi bahkan bisa meningkat. Hal ini membuat mereka harus mengatur energi agar tetap produktif sambil menjalankan ibadah puasa.

Bacaan Lainnya

“Saya harus bangun lebih awal untuk sahur dan tetap bekerja hingga sore. Kadang fisik terasa lelah, tapi saya berusaha memanfaatkan waktu istirahat untuk ibadah,” kata Slamet, seorang karyawan swasta di Purwakarta.

Selain tantangan fisik, ada pula aspek sosial yang berubah selama Romadhon. Banyak pekerja berusaha pulang lebih cepat untuk berbuka bersama keluarga atau mengikuti kegiatan keagamaan seperti tarawih. Namun, pekerja dengan shift malam atau lembur sering kali harus berbuka di tempat kerja.

Di sisi ekonomi, Ramadhan juga membawa dampak signifikan. Pengeluaran rumah tangga cenderung meningkat karena adanya tradisi berbuka puasa bersama dan persiapan menjelang Idul Fitri. Bagi pekerja sektor informal, seperti pedagang kaki lima dan ojek online, bulan ini justru menjadi peluang untuk meningkatkan pendapatan karena meningkatnya permintaan makanan dan jasa pengantaran.

Meskipun penuh tantangan, Ramadhan tetap menjadi momen instrospeksi diri dan peningkatan spiritual bagi kelas pekerja. Dengan manajemen waktu yang baik, pekerja tetap bisa menjalankan ibadah dengan optimal tanpa mengabaikan tanggung jawab profesional.

Pos terkait