Ulang Tahun ke-26, Refleksi Gerakan Buruh FSPMI Yang Selalu Konsisten Berjuang Untuk Menang

Ulang Tahun ke-26, Refleksi Gerakan Buruh FSPMI Yang Selalu Konsisten Berjuang Untuk Menang

Purwakarta, KPonline-Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) akan merayakan ulang tahunnya yang ke-26. Dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang jatuh pada 6 Februari, FSPMI melakukan refleksi mendalam atas perjalanan panjang gerakan buruh FSPMI yang selalu konsisten berjuang untuk menang memperjuangkan nasib buruh untuk penghidupan yang layak menuju kesejahteraan.

Ketua Pimpinan Cabang (PC) Serikat Pekerja Automotif Mesin dan Komponen (SPAMK) FSPMI Purwakarta dan sekaligus Ketua Exco Partai Buruh Purwakarta, Wahyu Hidayat, mengajak anggota dan seluruh pengurus untuk merenungkan perjuangan yang dilalui. “Semakin lama semakin besar, semakin tinggi kibaran bendera FSPMI, tentunya semakin banyak permasalahan, badai, dan tantangan yang terus mendera kaum buruh,” ungkap Wahyu.

Bacaan Lainnya

Wahyu juga menggarisbawahi realita pahit yang dihadapi para pekerja di Indonesia. Dimana, banyak buruh yang belum berserikat, dan dari yang berserikat pun, masih sedikit yang mampu membina hubungan industri yang baik dan memperjuangkan hak-haknya secara efektif.

Dalam refleksi tersebut, Wahyu mengingat kembali lirik lagu ciptaannya tahun 2010, yang berjudul “Mars Gaul”: “menggapai asa, merengkuh cita, membangunkan karsa, mencipta karya.” Lirik tersebut, menurutnya, merepresentasikan tahapan perjuangan buruh.

“Sebagai tahap awal, kita kaum buruh harus tetap mempunyai harapan, mempunyai impian, mempunyai keinginan untuk mewujudkan buruh sejahtera dan keluarganya,” ujar Wahyu.

Ia menjelaskan bahwa “membangunkan karsa” merupakan tahap krusial di mana kesadaran akan kemampuan kolektif buruh mulai tumbuh. Kesadaran ini memungkinkan mereka untuk mengkonsolidasikan diri menjadi kekuatan massa yang tangguh, memiliki kekuatan anggaran dan dana yang tak dimiliki oleh kelompok lain.

“Buruh ini solid, solidaritasnya dapat terus dibangun dan potensinya sangat besar,” tegasnya.

Wahyu menambahkan, “Walau memang di Indonesia masih tertinggal, tetapi faktanya di negara-negara lain, buruh bahkan sampai memegang kekuasaan, menjadi Perdana Menteri, menjadi Presiden, dan lain sebagainya.”

Wahyu menekankan pentingnya “menggapai asa, merengkuh cita, membangunkan karsa” untuk menyadari potensi yang beragam di antara buruh. Melalui berkumpul, berkonsolidasi, dan saling melengkapi, buruh dapat menciptakan perubahan.

“Perubahan-perubahan yang terjadi itu adalah dari hal-hal kecil, dari konsistensi kita,” katanya.

Ia mencontohkan keberhasilan Partai Buruh dalam memperjuangkan demokrasi di Indonesia. “Yang terdekat kemarin adalah bahwa Alhamdulillah melalui Partai Buruh, kaum buruh khususnya FSPMI telah mampu untuk kembali merebut demokrasi di tanah Indonesia ini, sehingga MK memberikan putusan yang baik,” jelasnya.

Oleh karena itu, imbuhnya, jangan pernah patah semangat! Terus berjuang, terus bergerak, bersatu, miliki asa dan impian, kemudian tapaki jalan untuk mencapai impian itu dengan berserikat, berkumpul, menyatukan pemikiran, menyatukan pandangan, menyatukan gerak serta menyatukan sinergitas yang kemudian ditindaklanjuti dengan karsa, kesadaran kelas pekerja bahwasannya kita memang mampu melakukan perubahan-perubahan secara bersama-sama dan insya Allah menjadi karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan bangsa.

Pos terkait