Siapa Presiden Pilihan Buruh Pada 2019 Nanti?

Siapa Presiden Pilihan Buruh Pada 2019 Nanti?

Jakarta, KPonline – Beberapa lembaga survei sudah mulai merilis elektabilitas nama-nama politisi yang berpeluang maju sebagai calon Presiden dalam Pemilu 2019. Sebagian besar masih didominasi muka-maka lama. Seperti tahun lalu, dua nama masih menempati urutan teratas. Siapa lagi kalau bukan Joko Widodo dan Prabowo Subijanto.

Beberapa nama yang lan adalah Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki Tjahaja Purnama, hingga Gatot Nurmantyo.

Banyak kalangan yang menilai, pertarungan memperebutkan RI 1 akan melibatkan Joko Widodo dan Prabowo Subijanto. Hanya saja, yang berbeda adalah posisi wakil.

Dalam setiap kompetisi, dukung mendukung para calon merupakan sebuah keniscayaan. Hal ini tercermin dalam Pilkada di berbagai daerah, juga setiap kali perhelatan Pemilu digelar.

Dalam hal memberikan dukungan, kaum buruh juga tidak ketinggalan. Tentu saja, dukungan ini didasari pada berbagai pertimbangan, strategis dan taktis. Calon yang didukung, harapannya bisa membuat kebijakan yang menguntungkan kaum buruh.

Lantas, kepada siapa para buruh akan melabuhkan hatinya untuk kemudian memberikan dukungan dalam Pilres yang akan datang? Jawabannya memang tidak sekarang. Selain karena calonnya belum ditetapkan, masih terlalu dini untuk disampaikan.

Tetapi satu hal yang pasti, buruh tidak akan memberikan dukungan terhadap elit politik yang kebijakannya dinilai merugikan kaum buruh. Pemimpin yang kebijakannya berorientasi terhadap upah murah dengan melahirkan PP 78/2015 hingga sistem pemagangan, tentu bukanlah pilihan.

Tegasnya, kalaupun Joko Widodo kembali maju sebagai Capres pada 2019 nanti, besar kemungkinan kaum buruh tidak akan memberikan dukungan kepada Joko Widodo.

KSPI sendiri telah memutuskan, bahwa politik adalah salah satu strategi perjuangan. Dengan kata lain, KSPI ingin mendorong sebanyak mungkin pemimpin yang pro dan peduli terhadap buruh. Salah satu indikatornya adalah, bersedia menandatangani kontrak politik dengan buruh. Sehingga dukungan yang diberikan tidak dalam cek kosong. Tetapi sebentuk komitmen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi kaum buruh dan masyarakat.

Oleh karena itu, slogan yang diusung dalam menentukan sikap politik adalah independen but not neutral. Independen artinya, dalam menentukan calon yang akan diusung tidak dipengaruhi oleh partai maupun elit politik manapun. Murni didasarkan pada keputusan dan sikap organisasi serikat pekerja. Sedang tidak netral, mengandung makna bahwa kaum buruh akan menentukan sikap dan pilihan dalam setiap Pemilu: Pileg, Pilkada, maupun Pilpres.

Kita tunggu saja…