Purwakarta, KPonline–Mobil Komando Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Purwakarta yang dikenal dengan sebutan “Si Jalu” kembali menjadi saksi bisu perjuangan buruh FSPMI Purwakarta dalam aksi menuntut penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK) di Kantor DPRD Purwakarta. Senin, (23/12/2024).
Kendaraan yang akrab disebut “Mokom” ini selalu berada di garis depan setiap pergerakan massa, termasuk dalam aksi terbaru yang menyoroti isu upah pekerja.
Heri Tukul, salah satu crew Mokom dan sekaligus pengurus Pimpinan Unit Kerja Serikat Pekerja Automotif Mesin dan Komponen Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (PUK SPAMK-FSPMI) PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia, menyampaikan bahwa perjuangan buruh adalah bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang dirasakan para pekerja.
“Ketika harga diri buruh diinjak. Dimana penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, memutuskan untuk tidak menyetujui pengajuan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK) di sejumlah daerah. Padahal itu semua sudah diatur melalui putusan MK dan Permenaker Nomor 16 Tahun 2024, aksi massa menjadi salah satu solusinya,” tegas Heri saat diwawancarai Media Perdjoeangan di sela-sela aksi.
Berbicara pengupahan. Heri pun menegaskan bahwa upah merupakan urat nadi kehidupan bagi pekerja. “Upah adalah sumber utama kehidupan buruh dan keluarganya. Jika hak ini diabaikan, maka kita tidak akan tinggal diam,” tambahnya.
Mobil Komando, dengan pengeras suara yang menggema dan bendera FSPMI yang berkibar, menjadi pusat koordinasi massa dalam setiap pergerakan. Selain itu, kendaraan ini juga menjadi simbol semangat perjuangan buruh yang tak pernah padam dalam menuntut keadilan.
Aksi ini merupakan bagian dari rangkaian demonstrasi yang terus dilakukan FSPMI untuk memastikan pemerintah dan pengusaha memberikan perhatian serius terhadap penetapan UMSK. Para buruh berharap, perjuangan mereka kali ini membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan.
“Mokom ini bukan sekadar kendaraan, tetapi simbol perjuangan dan persatuan buruh dalam melawan ketidakadilan,” pungkas Heri.
Dengan semangat solidaritas, buruh Purwakarta berjanji akan terus bergerak hingga tuntutan mereka didengar dan dipenuhi.



