Pergerakan Semakin Masif, Jika Kebijakan Tidak Berpihak

Pergerakan Semakin Masif, Jika Kebijakan Tidak Berpihak

Bekasi, KPonline – Sejarah selalu mencatat orang orang hebat dalam sebuah perjuangan, pun dengan perjuangan kenaikan upah Kabupaten Bekasi 2021.
Rekomendasi Bupati sudah muncul dengan angka 4.791.843,90 atau mengalami kenaikan 6.51%.

Berapapun kenaikannya, ini membuktikan bahwa surat edaran menteri tidak jelas dan ngawur secara fungsi dalam mengatur upah di setiap kabupaten/kota di Indonesia.

Rapat penetapan upah kabupaten bekasi pada Rabu, 18 November 2020 lalu memang sangat miris. Dilihat dari animo para pekerja dalam melakukan pengawalan seolah buruh Bekasi sudah menyerah dengan turunnya surat gubernur jawa barat kepada para pemangku jabatan yang berkuasa tingkat kabupaten dan kota untuk mengikuti surat edaran menteri tentang upah 2021 yang dipastikan tidak akan mengalami kenaikan.

Bekasi yang pernah mengukir hingga menorehkan sebuah sejarah pada tahun 2012, tidak nampak secara siginifikan sisa-sisa perjuangannya di pengawalan upah kali ini.

Padahal sudah dijelaskan oleh Dewan Pengupahan Provinsi (Depeprov) Ganang Triyono jika rekomendasi upah ke gubernur tidak tuntas  sampai dengan hari Jumat pekan ini, maka khawatir akan ada muncul potensi konflik yang sangat rawan dengan perselisihan.

Hingga Rabu (18/11) pukul 18.00 WIB di halaman Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) kabupaten Bekasi, tempat berlangsungnya rapat dewan pengupahan masih terlihat sepi.

Hal itu justru menjadikan sebuah pemandangan yang sangat memilukan serta menggetarkan jiwa bagi setiap orang yang tulus dalam perjuangan.

Hingar bingar kebisingan suara kodok menghantarkan ketepian larutnya malam.
Orang-orang yang sudah jelas tidak mempunyai hak untuk  menerima upah masih bertahan untuk mengawal perundingan tersebut.

Nampak Supriyatno, dan Pujo eks anggota Logam Bekasi, Amier eks anggota Aneka Industri(AI), dan Soleh eks anggota Elektronik Elektrik (EE), juga Adhie Bachtiar (eks pekerja Kymco) yang masih berdiri tegak mengawal perundingan hingga gelapnya malam di gedung perkantoran kabupaten Bekasi.

Mungkin buruh Bekasi sebagian sudah tak lagi punya rasa peduli dengan upahnya sendiri hingga mereka menitipkan nasib kepada orang orang yang sudah tidak lagi punya hak untuk menerima upah.

Asyiknya bercengkrama dengan telpon genggam seolah-olah terkontaminasi dengan kenyamanan yang dirasakan, hingga lupa dengan melirik Dewan Pengupahan kabupaten (Depekab) Bekasi yang sedang berjuang.

Apakah Giroh perjuangan untuk mentorehkan sejarah yang mengukir sebuah fakta akan kembali terjadi? Gen buruh Bekasi banyak mencatat sebuah kisah dalam pergerakan, dipandang sinis oleh sebuah cibiran yang tak luput akan sebuah pergerakan.

Kibajakan yang nyaris silih berganti menjadikan sebuah fenomena keangkuhan sang pelopor kekuasan. Namun pergerakan akan terus semakin masif ketika kebijakan itu sudah tidak lagi berpihak.

Penulis: M. Idrayana & Jhole
Foto : Adhie Bachtiar