KORANPERDJOEANGAN.COM – Spanduk bertuliskan ‘Selamat Datang di Family Gathering FSPMI’ itu terpasang diatas pintu masuk PT. Kepsonic Indonesia. Dipojok bawah sebelah kiri dari spanduk itu bertuliskan ‘BURUH GO POLITIK’. Hanya dengan membaca spanduk itu, orang akan segera tahu jika ini bukanlah pertemuan yang biasa.
Ini adalah sebuah pertemuan yang khusus diselenggarakan untuk mengkonsolidasikan seluruh kekuatan organisasi guna mensukseskan agenda go politik. Buruh yang hadir di pabrik tutup dan sedang dalam proses lelang ini datang bersama keluarga. Istri/suami dan anak-anak ikut serta.
Di pagar perusahaan, bendera FSPMI berjajar dan berkibar, Seperti hendak menegaskan jika didalam pabrik ini FSPMI sedang menggelar hajat. Buruh-buruh PT Kepsonic memang menjadi anggota FSPMI. Ketika pengusahanya kabur, kemudian mereka menguasai pabrik untuk memastikan hak-haknya dibayar. Saat ini pabrik itu sedang dalam proses lelang. Sambil menunggu, FSPMI menjadikan tempat ini sebagai pusat konsolidasi untuk ‘go politik’. Seperti yang mereka lakukan hari ini, Sabtu 8 Maret 2014.
Begitu memasuki ruangan, kita akan disapa dengan gambar Nurdin Muhidin, Iswan Abdullah dan Rustan yang tertempel di dinding, tepat menghadap pintu masuk. Sehingga siapapun yang masuk ke ruangan, mau tak mau akan melihat gambar itu. Ketiganya adalah kader FSPMI. Nurdin Muhidin adalah salah satu pengurus Pimpinan Cabang SPEE FSPMI Bekasi. Ia maju sebagai Caleg DPRD Kabupaten Bekasi melalui Partai Amanat Nasional. Iswan Abdullah adalah Vice Presiden DPP FSPMI, maju sebagai Caleg DPR RI dari Partai Keadilan Sejahtera. Sedangkan Rustan adalah Ketua Umum PP SPAMK FSPMI. Ia maju sebagai Caleg DPRD Provinsi Jawa Barat dari PDI – Perjuangan.
Masuk lebih dalam, kita bisa melihat foto Suparno dan Susanto. Aktivis FSPMI ini maju sebagai caleg DPRD Kabupaten Bekasi melalui PKP Indonesia. Wajah caleg-caleg lain yang juga direkomendasikan oleh FSPMI bertebaran diruangan ini. Seperti Aji (PAN), Nyumarno (PDI- Perjuangan), Hendi Suhendi (Partai Persatuan Pembangunan) dan Mazrul Zambak (PKP Indonesia).
Tepat dibawah gambar para aktivis FSPMI yang direkomendasikan untuk maju dalam pemilihan legislatif tahun 2014, tanggal 9 April nanti, terlihat beberapa orang nampak sedang duduk dikursi panjang sambil berdiskusi. Tak ada masalah meskipun mereka menjadi pendukung calon legislatif dengan partai yang berbeda-beda. Mulai dari PKS, PDI- Perjuangan, PAN, PPP hingga PKP Indonesia.
Mereka tak peduli dengan semua perbedaan itu. Tepatnya tak ingin menjadikan perbedaan partai sebagai jalan menuju perpercahan. Bagi mereka, kepentingan buruh adalah nomor satu. Bisa jadi, mereka tidak memilih partai. Tetapi mereka akan memilih caleg kader buruh yang maju melalui partai itu. Sementara ini memang harus begitu, mengingat buruh belum memiliki partai politiknya sendiri.
Masuk lebih dalam, diskusi serius sedang terjadi. Beberapa orang sedang membahas agenda kedepan terkait dengan buruh go politik. Vice Presiden DPP FSPMI Obon Tabroni, yang mendapatkan kepercayaan dari organisasi untuk mensukseskan buruh go politik ini juga hadir. Beban berat ada dipundaknya. Ia bercerita jika baru saja pulang dari Bandung, juga untuk kepentingan go politik. “Belum sempat pulang ke rumah. Baju ini saya beli disini,” ujarnya. Sambil menunjuk baju yang ia kenakan. Sejak kemarin belum berganti pakaian.
Tak hanya Obon Tabroni. Iswan Abdullah, Nurdin Muhidin, Aji, Ozzy, belakangan Rustan dan beberapa orang yang menjadi pengurus PC FSPMI Bekasi juga ikut nimbrung. Tak hanya dari internal organisasi. Tokoh yang selama ini mendukung gerakan serikat buruh seperti Surya Tjandra (TURC) dan Handoko Wibowo (Omah Tani) juga hadir. Ia memberikan sumbangsih pemikiran. Memotivasi dan memberikan perspektif lain dalam gerakan politik kaum buruh.
Didalam ruangan itu juga, para relawan terlihat sibuk mempersiapkan alat-alat kampanye. Ada yang sedang melipat contoh kertas suara. Membuat data relawan. Melakukan sosialisasi. Dan banyak aktivitas lain yang dilakukan untuk mendukung gerakan buruh go politics ini.
Masuk lebih dalam lagi ada ruangan besar. Lagu-lagu sedang diperdengarkan. Orang-orang duduk di lantai. Mendengarkan orasi politik yang disampaikan oleh para pemimpin organisasi. Ratusan orang hadir. Dalam momen lain, pertemuan seperti ini diikuti ribuan orang.
Dan tahukan Anda, seluruh kerja-kerja itu dilakukan oleh buruh. Orang datang dengan kesadarannya sendiri. Tanpa diming-imingi imbalan dan sejumlah uang. Bahkan mereka menyumbang. Uang. Tenaga. Pikiran. Waktu. Semuanya dihibahkan dengan sukarela untuk gerakan.
Ini hebat. Saya bahkan menyebutnya sebuah kemenangan. Mengingat bertahun-tahun yang lalu mereka sama sekali belum terlatih untuk itu. Kerja-kerja ini adalah investasi yang tak ternilai. Pada saatnya nanti, mereka inilah yang akan menjadi generasi sadar politik. Barangkali menjadi generasi yang akan melahirkan karya besar. Lebih besar ketimbang hanya sekedar memasukkan caleg kader buruh kedalam parlemen. Gambaran itu sudah mulai terlihat, meski masih samar-samar.
Dulu, oleh sebagian besar orang, gerakan buruh dikritik hanya melulu ngomongin masalah ekonomi.
Hanya berjuang diranah pabrik. Untuk dirinya sendiri. Tetapi sekarang situasinya sudah berbalik. Buruh semakin sadar, bahwa masa depan bangsa ini ditentukan melalui kebijakan politik.
Mereka adalah relawan. Sebenar-benarnya relawan. Mereka bukan orang-orang bayaran. Dengan kesadarannya tak rela harga dirinya – sebagai manusia yang memiliki hak pilih – ditukar dengan lembaran uang.
Dari dalam pabrik tutup ini, buruh hendak meretas harapan. Ikut bertarung dalam sistem. Terlibat dalam pembuatan kebijakan. Bukan sekedar menjadi penonton sambil berpangku tangan.
Kahar S. Cahyono