Bekasi, KPonline – Meskipun peluang untuk bisa maju sebagai calon Bupati dalam pemilihan daerah Kabupaten Bekasi terbuka lebar, Obon Tabroni tetap menjadi sosok yang sederhana. Masih seperti yang dulu. Bang Obon, begitu dia biasa disapa, masih suka makan di pinggir jalan. Bahkan masih menyempatkan diri mendampingi masyarakat yang kesulitan berobat di rumah sakit, ketika Jamkes Watch (lembaga dimana bang Obon menjadi Pembina) sedang melakukan advokasi terhadap pasien.
Bayangkan, setiap hari sekurang-kurangnya 4 (empat) agenda di lokasi yang berbeda harus didatanginya. Tak jarang dia harus pulang larut malam. Namun begitu, menurut penuturan Adhie Bachtiar, bang Obon tak pernah mengeluh. Dia selalu terlihat antusias dan bersemangat ketika berhadapan dengan masyarakat Bekasi.
“Saya salut dengan semangatnya,” kata pria yang sering mendampingi bang Obon ini.
Meskipun kesibukannya padat, tidak membuat bang Obon melalaikan keluarga. Sebaliknya, mereka terlihat sangat kompak. Tidak hanya istri, anaknya juga ikut membantu. Mereka percaya, keluarga adalah pondasi. Bagaimana mungkin memimpin sebuah kabupaten, jika dalam keluarga saja tidak kompak.
Beberapa waktu yang lalu, misalnya, bang Obon terlihat makan di pinggir jalan bersama istrinya.
“Kebetulan anak-anak menginap. Sehingga malam ini menjadi malam kami berdua,” katanya. Pasangan suami istri ini memang saling memberikan dukungan. Bunda Uun, istri bang Obon, bahkan tak segan ikut turun langsung menemui masyarakat untuk mengumpulkan KTP.
Satu ketika, di kantor Obon Tabroni Centre (OTC), bunda Uun mengatakan bahwa dia sangat percaya suaminya bisa menjadikan Bekasi lebih baik. Kepercayaan itulah, yang membuatnya sangat yakin dan bersemangat untuk memberikan dukungan kepada sang suami.
“Bagaimanapun bang Obon adalah imam saya. Saya sudah hidup sekian tahun bersamanya. Saya tahu bang Obon orang yang kuat memegang prinsip. Jika diberikan amanah, dia pasti akan berupaya sekuat mungkin untuk memegang amanah itu.” Kalimat ini dikatakan bunda Uun beberapa bulan lalu, saat saya berkunjung ke OTC, namun tetap melekat dalam kepala saya.
“Bang Obon adalah pimpinan buruh yang disegani. Tidak hanya di Bekasi, tetapi di tingkat nasional. Tetapi kehidupannya biasa-biasa saja. Nggak punya rumah dan mobil mewah. Padahal kalau beliau mau, bang Obon bisa menggunakan pengaruhnya untuk mendapatkan semua itu,” kata saya.
Bunda Uun tersenyum. Sebelum akhirnya berkata, “Saya lebih suka bang Obon yang seperti ini. Buat apa kaya kalau dari harta yang tidak halal? Bahkan kalaupun nanti masyarakat Bekasi mempercayakan bang Obon sebagai Bupati, saya tetap menginginkan bang Obon yang seperti ini. Kami tidak pernah mengejar harta…”
Mendengar itu, saya percaya, bang Obon dan keluarganya siap melangkah bersama untuk mewujudkan Bekasi yang baik dan benar. (*)