Heri Novianto: Apakah Kelak Saya Bisa Seperti Chamim Tohari?

Heri Novianto: Apakah Kelak Saya Bisa Seperti Chamim Tohari?

Bojonegoro, KPonline – Suasana haru menyelimuti kediaman keluarga almarhum Chamim Tohari pada Sab’tu, 24 Mei 2025. Dalam rangkaian penutupan kegiatan May Day 2025, sebanyak 70 anggota Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) menggelar acara silaturahmi setelah sebelumnya melakukan ziarah dan doa bersama di makam almarhum Chamim Tohari.

Tradisi ziarah ini telah berlangsung rutin setiap tahun selama satu dekade terakhir, sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan almarhum yang telah mendedikasikan hidupnya bagi gerakan buruh. Meski jarak antara Sidoarjo dan Bojonegoro mencapai 218 kilometer, atau sekitar lima jam perjalanan, hal itu tak menyurutkan semangat para anggota FSPMI untuk tetap hadir.

Bacaan Lainnya

Yang paling mengharukan, adalah saat Heri Novianto — sahabat seperjuangan almarhum — menyampaikan pesan dan kesan di hadapan keluarga serta peserta yang hadir. Dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca, Heri tak mampu menyembunyikan rasa harunya.

“Semenjak seminggu sebelum keberangkatan dari Sidoarjo, daftar peserta sudah penuh. Bahkan di hari H, bus terisi hingga tak tersisa kursi kosong. Semua ingin hadir. Semua ingin mendo’akan. Dan saya pun bertanya dalam hati, apakah kelak ketika saya tiada, saya akan dikenang seperti Chamim Tohari?” ujar Heri dengan lirih.

Pernyataan itu membuat banyak hadirin terdiam dalam keharuan. Bagi FSPMI, Chamim Tohari bukan sekadar aktivis. Ia adalah simbol keteladanan, pejuang sejati yang jejak perjuangannya tetap hidup dalam ingatan dan langkah-langkah para buruh yang meneruskan perjuangan.

“Beliau adalah panutan. Sosok yang tak tergantikan. Dan selamanya akan menjadi bagian dari sejarah perjuangan buruh,tradisi ziarah ini tidak boleh hilang dari FSPMI ” ungkap Heri.

Ziarah dan silaturahmi ini bukan hanya bentuk penghormatan, tapi juga pengingat bahwa perjuangan dan keikhlasan seperti yang dicontohkan oleh Chamim Tohari, akan selalu menemukan tempat di hati banyak orang — bahkan setelah ia tiada. (Khoirul Anam , Foto oleh Jarwo)

Pos terkait