Bekasi, KPonline – Selasa, 28 Januari 2019. Tadi siang sekitar pukul 11.35 WIB, ada 3 orang bapak-bapak datang ke rumah saya, dengan perasaan bingung.
Saya tanya, “ada yang bisa saya bantu pak?”. Dia mulai cerita.
“Ini Pak kena musibah, kemarin Sabtu anak saya main sepeda, jalanannya curam, nggak bisa ngerem jatuh dan kepalanya terkena besi portal, kawat nembus kepala. Kami bawa ke Rumah Sakit XXXX dan malamnya dilakukan operasi setelah kami serahkan duit 25 juta. Setelah operasi anaknya masuk ICU, sampai siang ini belum sadarkan diri semenjak operasi, tadi pagi tagihan udah 76 juta, sedang kami tak punya. Maksud dan tujuan saya mau minta tolong dibuatkan BPJS, supaya biayanya di tanggung BPJS, “kata bapak tadi.
Saya merasa sedih dan bingung untuk menjawabnya. Dia lain sisi ingin menolong, tapi di lain sisi terbentur dengan aturan. Dengan berat hati saya sampaikan. “Ini susah untuk kita jalankan pak, tapi saya akan coba koordinasi sama senior-senior kami, “kata saya.
Malam hari, sekira jam 19.00 WIB, dapat kabar dari Rumah Sakit yang menyatakan, bahwa anak tersebut telah meninggal dunia. Kata ayahnya, setelah ini ingin dibantu didaftarkan BPJS Kesehatan buat keluarganya.Pelajaran yang bisa kita ambil sedia payung sebelum hujan, ikut sertakan keluarga kita menjadi peserta BPJS Kesehatan. Jangan menunggu sakit, karena sakit datangnya nggak bilang-bilang.
Terkadang BPJS Kesehatan memang sedikit ribet, tapi lebih ribet lagi ketika sakit tidak punya BPJS Kesehatan dan tidak ada uang.
(Supriadi Erte)