Pelalawan, KPonline – Kecelakaan tragis terjadi di Sungai Segati, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau, pada Sabtu (22/2) pukul 11.00 WIB. Sebuah truk Colt Diesel yang mengangkut karyawan PT. Nusa Warna Raya (NWR) tercebur ke sungai. Diduga, sopir mengantuk saat membawa puluhan pekerja menuju Pasar KM 60 Desa Segati. Akibatnya, dari 32 penumpang, 3 orang Balita tewas, 12 dinyatakan hilang, dan 17 lainnya berhasil selamat.
Menurut laporan awal di lokasi kejadian pada koordinat 0°1’2″ N, 101°36’26” E, pencarian korban langsung dilakukan oleh rekan-rekan sesama pekerja. Mereka berhasil menyelamatkan beberapa korban sebelum tim SAR tiba. Para korban selamat segera dievakuasi ke klinik posko kesehatan PT. NWR untuk mendapatkan perawatan medis. Tragisnya, di antara korban terdapat 6 anak-anak yang ikut dalam truk maut tersebut.
Tim SAR dari Kantor SAR Pekanbaru tiba di lokasi pukul 15.00 WIB dengan peralatan lengkap, termasuk perahu karet dan perlengkapan navigasi. Dengan kondisi cuaca mendung dan berawan, pencarian tetap dilakukan meskipun medan cukup sulit. Upaya evakuasi terus dikebut guna menemukan 12 korban yang masih dinyatakan hilang di perairan.
Kapolsek Langgam, Ipda Jeri Sinaga, membenarkan kecelakaan tunggal ini. Dugaan awal, sopir truk mengantuk sehingga kehilangan kendali dan menyebabkan kendaraan tersebut tercebur ke sungai. Namun, di balik dugaan kelalaian sopir, ada persoalan yang lebih besar: pelanggaran aturan transportasi yang dilakukan oleh PT. NWR.
Menurut regulasi Kementerian Perhubungan, truk hanya diperbolehkan untuk mengangkut barang, bukan manusia. Artinya, PT. NWR secara terang-terangan melanggar aturan dan mempertaruhkan nyawa para pekerjanya dengan menggunakan truk sebagai alat transportasi. Ini bukan sekadar kecelakaan, tetapi bentuk pembiaran yang berakibat fatal.
Lebih parah lagi, PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), sebagai perusahaan besar yang bekerja sama dengan PT. NWR, seolah tutup mata terhadap pelanggaran ini. Transportasi karyawan dengan truk bukanlah hal baru, dan kejadian ini menjadi bukti nyata betapa lemahnya pengawasan di lapangan. Sampai kapan nyawa buruh terus menjadi taruhan demi efisiensi biaya operasional?
Hingga kini, pencarian korban masih berlangsung. Namun, pertanyaan besarnya tetap menggantung: siapa yang bertanggung jawab atas tragedi ini? PT. NWR dan pihak terkait harus diusut tuntas agar kejadian serupa tidak terulang. Jika tidak, maka kecelakaan seperti ini hanyalah soal waktu sebelum terjadi lagi.
Penulis, Heri