Teringat Para Pendiri Organisasi, Said Iqbal Teteskan Air Mata di Anniversary FSPMI ke 25

Bekasi, KPonline – Usia menggambarkan kematangan dan kemapanan dari sebuah organisasi yang didirikan dengan 4 kekuatan. Ya, FSPMI memiliki 4 kekuatan dalam membangun gerakan buruh dan membangkitkan klas pekerja, 4 kekuatan itu adalah :
1. Iuran Cos
2. Jumlah anggota riil
3. Kepemimpinan
4. Menciptakan isu buruh

FSPMI didirikan 6 Februari 1999 oleh para pendirinya di design sebagai alat perjuangan kaum buruh untuk mensejahterakan buruh itu sendiri dan keluarganya.

FSPMI didirikan sebagai alat perjuangan sosial ekonomi kaum buruh, sebagai koreksi atas serikat pekerja yang hanya berorientasi pada jabatan tanpa membangun gerakan klas pekerja, “we are the working class, Gen Perlawanan adalah darah juang FSPMI,” tulis Iqbal.

Di usia FSPMI ke 25 tahun, Said Iqbal mengenang para tokoh pendiri organisasi yang ia sebut sebagai guru, orang tua yang selalu mendorongnya sehingga Said Iqbal menjadi seperti hari ini.

Said Iqbal pun menuliskan untuk mengenang semua kejadian waktu itu tepat di tanggal kelahiran FSPMI (6 Februari) berikut kutipannya :

Hari ini….saat menulis kata kata ini, airmata saya menitik dan mengalir di pipi. Teringat kala pertama berdialog dengan 3 orang guru saya untuk mendirikan FSPMI.

Raden Haji Endang Thamrin (SPL), Haji Thamrin Mosii (SPEE), Haji Hikari Umar (SPAMK), 3 orang yang mendorong saya untuk berani melawan arus melakukan perubahan gerakan buruh dan perjuangan klas “we are the working class ” di indonesia pasca era reformasi 1998.

Juga saya tidak akan melupakan 2 orang guru saya di Bekasi yang pertama kali mendukung lahirnya FSPMI, yaitu R. Abdullah dan Haji Sahidun.

Airmata saya makin mengalir, 3 orang yang paling berjasa di FSPMI dan peletak dasar titik balik tentang kesadaran klas pekerja telah mendahului kita, termasuk pak Sahidun, di tengah banyaknya kader FSPMI yang terus berjuang meneruskan ruh perjuangan ketiga orang tersebut dan saya sebagai pendiri utama FSPMI.

Airmata saya tetap mengalir dan tidak mengering, “FSPMI adalah ruh dan jiwa saya. Dia tak akan lekang oleh teriknya panas dan tak akan luntur oleh derasnya hujan”

Teruntuk sahabat dan saudara tidak sedarah tapi seideologi di FSPMI, TERUSLAH BERJUANG DEMI KAUM BOEROEH DAN RAKJAT KECIL…!!!

“5 Oktober 2021, tanggal yang menjadi lahir almarhumah istri saya, setengah jiwa saya telah pergi bersamanya, airmata makin mengalir mengenangnya”

Kembali FSPMI bersama serikat buruh dan serikat petani serta organisasi perjuangan lainnya menjadi pelopor membangun kesadaran klas pekerja “we are the working class ” demi membangun kesadaran politik kaum buruh untuk melawan hegemoni klas pemodal.

“OMNIBUS LAW UU CIPTA KERJA adalah pukulan telak kekalahan politik klas pekerja dan rakjat kecil”

FSPMI menjadi salah satu aktor utama kesadaran klas pekerja untuk membangun kekuatan politiknya dengan menghidupkan kembali PARTAI BURUH untuk mewujudkan NEGARA SEJAHTERA “welfare state ” oleh KLAS PEKERJA “we are the working class”

Bila Allah SWT taqdirkan dan izinkan PARTAI BURUH lolos verifikasi KPU dan lolos PARLEMANTARY THRESHOLD 2024, saya berkeyakinan seperti halnya di negara Eropa dan Amerika Latin, Presiden Republik Indonesia pada 3 pemilu kedepan tahun 2034 adalah dari pemimpin serikat pekerja. Dan FSPMI sedang menuliskan tinta sejarahnya sendiri untuk Indonesia yang kita cintai.

Di surga sana…. Almarhum RH Endang Thamrin, H.Thamrin Mosii, H.Hikari Umar, almarhumah kekasih jiwa saya Ika Liviana Gumay, almarhum H.Sahidun dan para almarhum pejuang FSPMI lainnya, mereka tersenyum…

DIRGAHAYU FSPMI (6 Februari 1999 – 6 februari 2024)

Hey Kaum Buruh, Selangkah lagi “BURUH BERKUASA RAKYAT SEJAHTERA”

Demikian goresan pena presiden Partai Buruh, Said Iqbal di hari jadi ke 25 tahun FSPMI yang penulis coba diabadikan dalam tulisan agar kelak menjadi saksi bahwa air mata Said Iqbal menjadi butiran harapan yang di ijabah oleh Allah SWT sang pencipta dalam mewujudkan “Welfare State”

“Pemimpin besar tak akan pernah melupakan sejarah dan jasa-jasa para pendahulunya, begitu pun FSPMI sekarang besar karena dulu pernah kecil” (Yanto)