Sambut May Day 2024, Ribuan Buruh FSPMI Siap Sambangi Istana Negara

Purwakarta, KPonline – Sambut hari buruh sedunia (May Day)2024, ribuan buruh DKI, Jabar dan Banten, yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) siap tumpah ruah turun kejalan menuju Istana Negara pada Rabu, 1 Mei 2024.

Cabut Omnibuslaw UU Cipta Kerja, Hapus Outsourcing dan tolak upah murah, menjadi tuntutan mereka dalam May Day kali ini.

Bacaan Lainnya

“Sebagai buruh, kita harus selalu bisa menyempatkan atau mempersiapkan diri untuk turun aksi memperingati hari buruh,” kata Pangkornas Garda Metal Supriyadi Piyong.

Selain itu Pangkornas Garda Metal juga berharap semoga di May Day (2024), kelas pekerja atau kaum buruh terutama setiap PUK FSPMI untuk bisa memaksimalkan anggotanya turun aksi menyuarakan tuntutan yang diusung.

Menurutnya, seperti diketahui bahwa tahun ini kenaikan upah kita (pekerja/buruh) atau hanya dikisaran satu persen dan itu tidak sesuai dengan seperti apa yang diharapkan. Jadi momen (May Day) adalah waktu yang tepat untuk kembali menyuarakan upah layak/ tolak upah murah,” ungkap Supriyadi Piyong.

Ia pun menegaskan, jangan terpecah belah. Apalagi terkotak kotak. Mari bersama/bersatu rapatkan barisan untuk satu suara. Suara kemenangan, kemenangan bagi kelas pekerja atau kaum buruh. Karena lawan akan kuat kalau kita lemah.

Hari Buruh lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial dan itu berawal dari peristiwa Haymarket pada 1 Mei 1886 merupakan tonggak sejarah lahirnya hari buruh sedunia (May Day). Saat itu sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat melakukan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Aksi ini berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei.

Kemudian, pada tanggal 4 Mei 1886 Para Demonstran yang melakukan pawai besar-besaran tersebut pun ditembaki Polisi Amerika, sehingga akibat kejadian itu ratusan orang tewas dan para pemimpinnya ditangkap dan para buruh yang meninggal saat dikenal sebagai martir.

Sebelum peristiwa 1 Mei tersebut, di berbagai negara, juga terjadi pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut perlakukan yang lebih adil dari para pemilik modal.

Dan akibat kejadian Hay market itu, pada bulan Juli 1889, Kongres Sosialis Dunia yang diselenggarakan di Paris menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu sebagai hari buruh sedunia dan mengeluarkan resolusi berisi: “Sebuah aksi internasional besar harus di organisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Prancis”.

Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei yang diistilahkan dengan Mau Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah mereka.

Di Indonesia, hari buruh mulai diperingati pada tahun 1920. Namun, sejak masa pemerintahan Orde Baru. Hari Buruh tidak lagi diperingati di Indonesia, dan sejak saat itu, 1 Mei bukan lagi merupakan hari buruh untuk memperingati peranan buruh dalam masyarakat dan ekonomi.

Barulah setelah era Orde Baru berakhir, setiap tanggal 1 Mei kembali marak dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan aksi turun ke jalan di berbagai kota.

Kekhawatiran bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei membuahkan kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti. Sejak peringatan May Day tahun 1999 hingga sekarang tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk kategori “membahayakan ketertiban umum”.

Yang terjadi malahan tindakan “represif aparat” keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka masih berpedoman pada paradigma lama yang menganggap peringatan May Day adalah subversif.

Pos terkait