Purwakarta, KPonline – Minggu, tadi pagi, adalah hari kedua saya berada di Purwakarta. Bagi saya, adalah satu kehormatan ketika diundang dalam Konsolidasi Akbar yang diselenggarakan PUK SPAMK FSPMI PT SIWS.
Hari pertama maupun kedua, ratusan anggota berduyun-duyun datang ke tempat acara. PUK sengaja menyelenggarakan konsolidasi ini dalam dua hari, agar dalam pelaksanaannya, antar peserta bisa jaga jarak.
Hati saya bergetar setiap kali mereka dengan gegap gempita mereka meneriakkan: hidup buruh!.
Teriakan hidup buruh menjadi semacam deklarasi. Keteguhan sikap. Bahwa ini adalah perjuangan untuk kehidupan yang lebih baik.
Rapat Akbar Sebagai Bahan Bakar Gerakan
Rapat akbar, atau dalam acara ini disebut Konsolidasi Akbar, adalah alat untuk memperkuat gerakan.
Tegas saya katakan, serikat yang tidak mampu menyelenggarakan rapat, itu pertanda organisasi sedang sekarat.
Anda boleh setuju boleh tidak. Tetapi itulah faktanya.
Di beberapa tempat, rapat-rapat seperti ini hanya dihadiri segelintir orang. Apalagi jika dilakukan di hari libur. Saat enak-enaknya selonjoran kaki di rumah.
Tetapi mereka berbeda. Bayangkan, sejak pagi, mereka mengabaikan kepentingan pribadi untuk mengikuti konsolidasi.
Sesuatu yang mulai jarang kita temui. Apalagi dalam situasi, ketika covid-19 belum benar-benar usai.
Karenanya, kedatangan mereka sangatlah berarti. Menggetarkan. Bahwa dalam situasi sulit, mereka masih siap melawan.
Tidak berlebihan jika ada yang mengatakan, setiap pertemuan untuk membicarakan kepentingan rakyat adalah bahan bakar bagi gerakan.
Ini mengingatkan kita di era tahun 1913, ketika Cokroaminoto memimpin rapat akbar pertama Sarekat Islam di Surabaya. Rapat akbar (dalam istilah Belanda disebut vergadering) di bulan Januari itu dihadiri ribuan massa. Jumlah yang cukup membuat lutut pemerintah kolonial bergetar.
Pertemuan itu menjadi bahan bakar bagi pertumbuhan Sarekat Islam. Tak heran jika cabang-cabang baru dengan cepat berdiri di Kudus, Semarang, Bandung, Surabaya, Madiun, Ngawi dan Ponorogo. Sarekat Islam dengan cepat meluas dan berlipatganda.
Inilah esensi dari konsolidasi. Menularkan energi baik.
Di sana kita datang, saling sapa dan bertukar senyuman, mendengarkan informasi, lalu pulang ke rumah dengan mambawa pemahaman baru.