Bakteri sering dipandang sebagai musuh manusia karena bisa menyebabkan penyakit. Namun faktanya, manusia tidak dapat hidup tanpa bakteri. Terinfeksi bakteri bukan berarti seseorang sakit, karena sebenarnya, jumlah bakteri di tubuh manusia hampir 10 kali lipat jumlah sel yang dimiliki manusia.
“Jumlah bakteri yang menyebabkan penyakit sangat kecil, hanya sekitar 150 bakteri dari sekian puluh juta bakteri di dalam tubuh manusia,” ungkap Satya Sivaraman dari ReAct, jaringan global dengan konsentrasi aksi resistensi bakteri yang berpusat di Uppsala University , Swedia, dalam sebuah diskusi tentang antibiotik di Jakarta beberapa waktu lalu.
Kita cenderung memerangi bakteri, salah satunya dengan cara mengonsumsi antibiotik. Padahal, penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada akhirnya justru akan merugikan karena bisa membuat bakteri bermutasi dan menjadi kebal . Jika sudah demikian, tentu akan lebih menyulitkan karena bakteri pun tak akan lagi mampu dilawan dengan antibiotik.
Jadi Sering Sakit
Antibiotik adalah obat keras yang digunakan untuk mengobati infeksi, termasuk penyakit menular yang membahayakan jiwa. Dokter spesialis anak dr. Purnamawati S. Pujiarto, Sp.AK, MMPed., yang juga aktivis Yayasan Orangtua Peduli (YOP) mengatakan, pemikiran orang mengenai antibiotik juga perlu diubah.
“Anggapan bahwa orang sakit belum akan sembuh jika tidak diberi antibiotik itu keliru. Pasalnya, yang terjadi justru sebaliknya. Semakin sering minum antibiotik, maka bisa semakin sering sakit. Ini karena antibiotik juga membuat sistem pertahanan tubuh alami terganggu,” jelasnya pada kesempatan yang sama. Lebih lanjut ia mengungkapkan, konsumsi antibiotik berlebihan pada akhirnya justru akan membuat tubuh rentan terkena penyakit.
Bukan untuk Virus
Antibiotik hanya dapat bekerja melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, dan beberapa parasit tertentu. Antibiotik tidak dapat bekerja melawan infeksi yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyebab batuk pilek, flu, dan radang tenggorokan.
Cara kerja antibiotik adalah dengan membunuh bakteri atau menghentikan pertumbuhannya. Namun, saat bakteri menjadi kebal terhadap beberapa tipe antibiotik , tandanya antibiotik tidak lagi dapat bekerja melawan bakteri tersebut.
Bakteri bisa menjadi resisten lebih cepat bila digunakan terlalu sering atau tidak digunakan dengan tepat. Misalnya, saat pasien tidak menghabiskan seluruh antibiotik yang diresepkan dokter.
Menurut Satya, ada beberapa penyakit akibat bakteri yang sudah tidak mempan diobati dengan antibiotik, bahkan dari antibiotik dari lini terbaru sekalipun. Contohnya penyakit gonorrhea . “Banyak juga bayi yang meninggal begitu lahir karena di dalam tubuhnya banyak terkandung bakteri yang sudah resisten. Begitu lahir, mereka terpapar infeksi dan tidak bisa disembuhkan,” jelasnya.
Ketika suatu bakteri menjadi kebal terhadap obat antibiotik , maka obat tersebut menjadi tidak berguna. Akibatnya, dibutuhkan antibiotik yang lebih kuat untuk membasmi bakteri tersebut. Namun kenyataannya, proses resistensi antibiotik terhadap seseorang lebih cepat terjadi dibandingkan proses pembuatan produk antibiotik baru oleh perusahaan farmasi.
http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Umum/Kelebihan-Antibiotik-Bikin-Kuman-Jadi-Kebal