Indonesia Perlu Pemimpin yang Berani Hapus Kartel

Para penganut paham neoliberalisme dapat dideteksi dari kebijakan-kebijakan ekonomi yang mereka hasilkan dan telah berlangsung selama ini.

Ekonom senior Indonesia, Rizal Ramli, mencontohkan kebijakan impor berlebihan atas komoditas yang sebenarnya bisa diproduksi bangsa Indonesia. Impor komoditas pertanian seperti bawang misalnya telah membuat petani Indonesia kehilangan daya saing, harga jatuh. Parahnya, kondisi ini diciptakan oleh kartel yang didukung kebijakan pemerintah.

“Saat musim panen justru diadakan impor besar. Akibatnya harga jatuh, petani kehilangan semangat menanam, kemudian komoditas semakin langka, dan ini mendorong impor yang lebih besar lagi,” ujar tokoh perubahan nasional itu saat bersilaturahmi dengan pimpinan dan redaksi Harian Radar Tegal di kantor Radar Tegal Jawa Tengah, Jalan Perintis Kemerdekaan, Sabtu (5/4).

“Yang paling penting dihapus lebih dulu adalah kartel, diganti sistem tarif. Siapa saja boleh, tetapi petani tetap dilindungi. Perlu calon pemimpin yang berani melawan kartel,” sambung dia.

Calon Presiden paling ideal versi Lembaga Pemilih Indonesia ini menyatakan, pemerintah juga gagap dalam mendorong perkembangan industri pengolahan makanan. Indonesia punya potensi karena punya bahan pokok. Sayangnya tidak dikelola dengan baik.

Makanan kecil di supermarket dan waralaba, misalnya, kebanyakan produk impor. Padahal kualitas makanan kecil Indonesia juga baik, kelemahannya hanya pada kemasan saja.

Pemerintah, kata Rizal, seharusnya mendorong dengan membantu pelatihan membuat kemasan makanan yang menarik, serta menyediakan alat-alatnya.

“Ini sebenarnya tidak mahal, tetapi tidak dilakukan pemerintah,” tandasnya

http://www.rmol.co/read/2014/04/05/149940/Rizal-Ramli:-Indonesia-Perlu-Pemimpin-yang-Berani-Hapus-Kartel-