Fleksibilitas dan Selembar Kertas

Jakarta, KPonline – “Pokoknya nggak bisa! Titik.” Brakkkk. Telepon seluler Sekretaris PUK menghantam tumpukan kertas di atas meja kerjanya. Seketika itu juga, ruangan Pengurus Unit Kerja PT NGANU tiba-tiba hening.

Di luar ruangan, 2 orang anggota Garda Metal berseloroh seraya berteriak di lorong menuju ruangan Sekretariat PUK.
“Bodo amat! Pokoknya gue mau berangkat. Terserah dikasih dispensasi atau nggak.” Dengan amarah kalimat itu diucapkannya sambil menendang pintu Sekretariat PUK yang tak bersalah itu.

Tak berselang lama, seseorang yang wajahnya sedikit “lebih dewasa” terbatuk-batuk yang dibuat-buat. Mulai membuka pintu ruangan Sekretariat PUK dan tiba-tiba suasana ruangan bertambah hening. Tak ada suara apapun kecuali suara putaran kipas angin yang tombol-tombolnya hilang beberapa buah.

“Ya sudah, Bung. Tidak perlu terlalu Anda pikirkan. Biar saya saja yang menghadap ke Manager HRD.” Kata-katanya begitu halus dan berwibawa terdengar.

“Bukan itu masalahnya, Bung.” Sekretaris PUK mulai angkat bicara sambil mengusap keningnya yang berkeringat akibat cuaca yang begitu “panas” siang ini.

“Coba Bung bayangkan. Itu orang sudah 16 hari mendapatkan dispensasi di bulan ini. Bung belum pernah kan berhadapan langsung dengan Manager HRD baru yang sontoloyo itu?” Dengan intonasi yang sedikit tinggi lalu dia mulai menyeduh segelas kopi hitam didalam gelas plastik milik perusahaan.

“Seperti itu yaa situasi dan kondisinya?” Dengan santai Ketua PUK menjawab cecaran pertanyaan sekaligus umpatan dari Sekretaris PUK. “Hhmmm, baiklah. Saya saja yang menghadap ke beliau.” Lalu diambilnya lembaran-lembaran surat dispensasi berkop surat Organisasi Pekerja.

2 jam menunggu di ruang Sekretariat PUK, membuat Sekretaris resah dan gelisah. Apalagi ditambah dengan “nongkrong” nya 2 orang anggota Garda Metal yang bertampang kesal karena tidak mendapatkan dispensasi.

“Haahhhh, lama banget sih.” Salah satu anggota Garda Metal mulai kesal. Dan yang satu lagi berpura-pura sibuk dengan smartphone-nya.

Terdengar suara pintu ruangan Sekretariat dibuka. “Baiklah, semua sudah clear. Tidak ada yang perlu diperdebatkan lagi.” Ketua PUK membuka pembicaraan. “Mulai hari ini, kalian berdua tidak perlu meminta izin dispensasi lagi ke Manager HRD. Karena dispensasi buat kalian dibuat spesial oleh pihak Management,” dengan nada datar Ketua PUK mengatakannya.

“Serius itu Bung? Anda sedang tidak main-main kan?” Salah seorang anggota Garda Metal mulai mencecar dengan beragam pertanyaan.

“Betul, saya serius Bung. Pesan saya hanya satu, saya minta kepada Bung berdua agar memanfaatkan dispensasi yang sangat spesial ini hanya untuk kepentingan organisasi. Hanya untuk kepentingan organisasi. Titik.” Jelas dan tegas Ketua PUK mengatakannya.

“Dan Anda, bung Sekretaris. Saya harap Anda pun juga harus bisa bersikap fleksibel terhadap anggota. Anggota adalah pilar dari tegaknya organisasi kita. Berpihaklah kepada sesuatu yang menurut Anda benar-benar membutuhkan skala prioritas. Dalam hal ini, bersikaplah untuk membela sesuatu yang sudah seharusnya dibela.” Sangat mendalam dan penuh makna.

Kawan-kawan buruh sudah seharusnya untuk bersikap dewasa dan adil semenjak dalam pemikiran. Sehingga kegiatan organisasi dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan harapan dari organisasi.

Dalam situasi dan kondisi diatas, bersikaplah untuk tetap istiqomah dalam memperjuangkan kaum buruh. Karena bagaimana pun juga, kaum buruh tetaplah kaum buruh. Meskipun posisi dan jabatan sudah menjadi bagian dalam bagian dirinya.

Marilah kita bijak dalam bersikap dan adil semenjak dalam pemikiran. Dan tentu saja, adil dalam porsi kaum buruh tentunya.

Padahal kalau mau jujur, saya sebagai akar rumput pun juga sedang resah dan gelisah. Masih menunggu selembar kertas dari langit yang tak kunjung tiba. Oleh karena itu, sambil menunggu kedatangan selembar kertas tersebut, mulai kuseduh kopi sachet kedalam gelas plastik milik perusahaan. Dan nikmatnya kopi saat ini menjadi hambar.

Penulis: Rinto Dwi Wahana