Perempuan: Separuh Langit yang Harus Bersinar Terang

Oleh: Kahar S. Cahyono

“Setiap tindakan pelecehan seksual, misogini, dan diskriminasi yang terjadi merupakan luka yang menganga, sebuah pengkhianatan terhadap nilai kemanusiaan yang seharusnya kita junjung tinggi.”

Hari berganti. Zaman berubah. Namun masih ada satu hal yang tampaknya terjebak dalam pusaran waktu dan tidak bergerak: perlakuan terhadap perempuan.

Perempuan, yang seharusnya menjadi bagian setara dalam masyarakat, sering kali terjatuh ke dalam jurang diskriminasi hanya karena perbedaan jenis kelamin. Sebuah ironi yang menyesakkan di era modern ini.

Di hari baik ini, bertepatan dengan momentum IWD 2024, ada baiknya kita melantangkan kembali kalimat ini: “Perempuan bukanlah warga kelas dua!”

Barangkali tidak berlebihan jika saya mengatakan, perempuan adalah separuh langit yang seharusnya bersinar terang, bukan terhimpit dalam bayang-bayang patriarki.

Setiap tindakan pelecehan seksual, misogini, dan diskriminasi yang terjadi merupakan luka yang menganga, sebuah pengkhianatan terhadap nilai kemanusiaan yang seharusnya kita junjung tinggi.

Dunia perlu menyadari bahwa perempuan bukanlah objek yang dapat direndahkan atau dimanipulasi. Mereka adalah individu yang berhak atas penghormatan, kesetaraan, dan perlindungan. Setiap kata-kata kasar, tindakan pelecehan, atau kebijakan diskriminatif yang menyerang perempuan adalah sebuah serangan terhadap keadilan dan kesetaraan. Serangan terhadap manusia dengan segala sisi kemanusiaannya.

Kita harus bergerak lebih jauh dari sekadar retorika kesetaraan gender. Perlu ada aksi nyata, kebijakan yang inklusif, dan pendidikan yang mendobrak stigma. Masyarakat harus diajak untuk memahami bahwa keberagaman dan kesetaraan adalah kekuatan, bukan kelemahan.

Perempuan harus diberi ruang untuk tumbuh, berkembang, dan bersinar sesuai dengan potensi mereka. Mereka harus merasa aman dan dihargai, baik di rumah, tempat kerja, maupun ruang publik. Kita harus membangun dunia di mana setiap perempuan tumbuh dengan keyakinan bahwa mereka berhak atas mimpi, aspirasi, dan kesuksesan yang sama dengan laki-laki.

Di FSPMI, di KSPI, di Partai Buruh, di masyarakat, mari kita bersatu, melangkah ke depan, dan menghapus setiap rintangan yang menghalangi perempuan untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka.

Ketika perempuan diberdayakan, masyarakat secara keseluruhan akan terangkat. Saatnya kita menghormati dan merayakan keberadaan perempuan sebagai warga negara kelas satu – bukan sebagai warga kelas dua atau sekedar pelengkap belaka, tanpa pengecualian, tanpa diskriminasi.

Kahar S. Cahyono, Wakil Presiden FSPMI, KSPI, serta Ketua Bidang Infokom dan Propaganda Partai Buruh