Pak Gendon Penjual Sego Berkat Khas Wonogiri yang Nikmat Untuk Disantap

Wonogiri, KPonline – Sego berkat atau nasi berbungkus daun jati yang sangat khas aromanya. Untuk menyantap sego berkat Wonogiri tak perlu menunggu ada acara hajatan. Pasalnya cukup banyak pedagang di sekitar Solo menyajikan sajian kuliner khas sego berkat Wonogiri itu.

Alhasil sekarang bisa setiap hari menyantap nasi berbungkus daun jati segar tersebut. Dulu untuk dapat makan sego berkat Wonogiri mesti menunggu ada acara hajatan. Biasanya tamu perempuan usai jagong ‘menghadiri’ acara hajatan, lantas diberi sego berkat untuk dibawa pulang.

Koran perdjoeangan mencoba mengulas sedikit. Kala itu ada beberapa bagian dari sego berkat Wonogiri yang diberikan oleh sohibul hajat kepada tamu perempuannya, Paling tidak ada dua atau tiga bagian yang semuanya dibungkus daun jati segar secara terpisah.

Bagian pertama berupa nasi putih hangat ‘kemebul’ untuk porsi sekitar empat orang. Bentuk nasi ada yang dibikin bulat namun tidak sedikit dibentuk silinder dengan alat cetak gayung plastik bersih.

Bagian kedua berisi lauk komplit berupa daging sapi dimasak terik, oseng lombok ijo, kecambah kacang hijau mentah, mie soun, dan serundeng.

Bagian ketiga adalah perpaduan antara bagian pertama dan kedua, hanya saja lebih kecil untuk satu porsi. Bagian ketiga ini sering disebut sebagai tempelang.

Di Wonogiri sego berkat diberikan kepada tamu perempuan usai hajatan sementara tamu laki-laki tidak diberikan ulih-ulih sego berkat. Sebagai gantinya tamu laki-laki disuguhi sego berkat komplit itu untuk dimakan langsung di lokasi hajatan.

Informasi yang dihimpun koran perdjoeangan, secara umum ada dua gaya sego berkat dilihat dari komposisi lauknya, yaitu gaya Baturetno dan gaya Pracimantoro.

Gaya Baturetno menyajikan daging sapi terik, oseng lombok dan tempe, kecambah serta soun dan serundeng, sementara untuk gaya Pracimantoro biasanya tidak ada serundeng dan osengnya berupa cabai besar dicampur kentang alias sambal goreng. Kedua gaya itu sama-sama gurih dan bikin kangen suasana hajatan Wonogiri

Hingga kini budaya sego berkat masih ada setiap acara hajatan di Kota Mete tersebut, namun di era kekinian sego berkat tidak hanya bisa dinikmati dengan menunggu ada acara hajatan terlebih dahulu, sudah banyak warung dan pedagang menjualnya.

Harganya pun sangat standar berkisar antara lima ribu rupiah sampai hanya belasan ribu rupiah tergantung isian lauknya. “Biasanya kami membungkus sego berkat dalam ukuran tempelang atau satu porsi, namun jika ada yang memesan untuk porsi lengkap tentunya bisa dipenuhi,” kata Gendon

Gendon (teman satu alumni dengan tim media perdjoeangan) mengatakan bahwa warungnya menyediakan sego berkat dengan gaya Baturetno maupun gaya Pracimantoro.

“Saya sediakan sego berkat dengan dua gaya yaitu gaya Baturetno dan gaya Pracimantoro untuk memenuhi selera pembeli,” pungkasnya.(Yanto)