Negara Jam Kerja Terpendek: Siapa Raja Produktivitas ala 29—34 Jam?

Negara Jam Kerja Terpendek: Siapa Raja Produktivitas ala 29—34 Jam?

Purwakarta, KPonline – Dalam lanskap global saat ini, berbagai negara maju mencatat jumlah jam kerja mingguan yang semakin pendek, namun tetap produktif. Beberapa diantaranya bahkan memuncaki daftar durasi kerja terendah:

~Belanda: Raja Jam Kerja Ringkas (29–31 Jam).

Belanda tercatat memiliki salah satu working week terpendek di dunia, rata-rata 29,5 hingga 31,6 jam per minggu (timeout.com). Masyarakat berfokus pada efisiensi dan produktivitas, bukan panjangnya durasi kerja. Namun, yang terlihat dari produktivitas tinggi meski jam kerja singkat.

~Denmark dan Norwegia: Antara (32–34) Jam/Minggu.

Denmark mencatat rata-rata 32,5–33 jam per minggu, sedangkan Norwegia di kisaran 33,6–34 jam (timeout.com). Keduanya termasuk negara dengan kesejahteraan tertinggi di Eropa, menjunjung tinggi keseimbangan kerja dan kehidupan.

~Jerman: Rata-rata 27 Jam.

Di Jerman, pegawai rata-rata bekerja sekitar 26,9 jam per minggu . Ini menjadikannya salah satu negara dengan jam paling sedikit di antara negara OECD, meski produktivitasnya tetap tinggi.

*Bagaimana dengan negara-negara lain?

~Islandia, walau bukan negara dengan jam terpendek, mencatat hasil uji coba. Dimana, perminggu mereka bekerja selama 35 jam dan menurut mereka itu merupakan sukses besar. Karena, meningkatkan kesejahteraan tanpa mengorbankan produktivitas .

~Jepang, mencari keseimbangan lewat program “Premium Friday”, walau secara umum masih dikenal dengan budaya lembur tinggi (en.wikipedia.org). Sedangkan, beberapa negara kecil pasifik, seperti Vanuatu dan Kiribati memiliki rata-rata jam kerja ekstrem rendah: 24,7–27,3 jam/minggu (moneycontrol.com).

#Tren dan Implikasi

Produktivitas Tinggi, Jam Pendek
Negara-negara skandinavia dan Belanda menunjukkan bahwa produktivitas ekonomi tidak selalu sebanding dengan durasi jam kerja. Melainkan, lebih tergantung pada efisiensi dan teknologi support (thetimes.co.uk).

#Keseimbangan dan Kesejahteraan

Uji coba seperti di Islandia dan Jepang mengindikasikan bahwa jam kerja yang dikurangi memberi efek positif signifikan pada kesehatan mental dan fisik pekerja (en.wikipedia.org).

Singkatnya, negara seperti Belanda, Denmark, Norwegia, dan Jerman telah menunjukkan bahwa durasi kerja yang pendek, yaitu sekitar 30 jam/minggu. Dan itu, bukan penghambat produktivitas. Namun, keberhasilan ini sangat bergantung pada budaya kerja dan support sistem.

Disisi lain, program kemanusiaan seperti di Jepang dan Islandia menunjukkan bahwa jam kerja fleksibel atau dipersingkat bisa membawa keuntungan kesejahteraan tanpa mengorbankan output.