Purwakarta, KPonline – Dalam dinamika perjuangan buruh di Indonesia, media, baik media internal serikat, media sosial, maupun media massa, telah mencuat sebagai kekuatan strategis yang mampu menggerakkan solidaritas, menyebarluaskan aspirasi, serta mengawasi kekuasaan publik dan korporat.
#Dari Ruang Redaksi ke Garis Depan Aksi
Serikat pekerja besar seperti FSPMI telah menempatkan media perdjoeangan sebagai “jantung” perjuangan gerakan buruh FSPMI. Mereka merumuskan SOP media, alur kerja terpadu, dan teknik storytelling yang bertarget, untuk memastikan isu buruh tersampaikan dengan kuat di berbagai platform nasional dan global.
#Buruh sebagai Key Opinion Leader
Konfederasi Sarbumusi menekankan perlunya figur buruh bertransformasi menjadi KOL di media sosial. Melalui diskusi pada 8 Maret 2025, para ahli menegaskan bahwa suara buruh perlu “kiblat” jelas agar kampanye di media sosial tidak sekadar sekadar viral tetapi punya arah dan legitimasi.
#Media Sosial: Arena Mobilisasi dan Edukasi
Kasus Serikat Buruh Konstruksi Indonesia (SBKI) di Yogyakarta menunjukkan efektivitas advokasi digital. Mereka menggunakan Instagram, YouTube, website, dan Facebook untuk mengkampanyekan isu upah UMK, K3, dan jaminan kesehatan. Hasilnya, dukungan muncul dari berbagai elemen masyarakat.
Selain itu, survei kasus aksi buruh yang viral di platform seperti Instagram, Twitter, hingga TikTok menunjukkan bagaimana narasi berbasis fakta mampu memicu perhatian publik dan respons kebijakan, meski muncul tantangan ‘gelembung algoritma’ dan disinformasi .
#Media Massa dan Perspektif Jurnalis
Media massa memainkan peran pengawas, mengungkap pelanggaran ketenagakerjaan, dan memicu respons publik/pemerintah. Namun, kritik terhadap praktik “clickbait” atau penyajian berita yang sensasional tanpa membahas substansi tuntutan buruh juga mengemuka. Hal ini menunjukkan bahwa keberpihakan jurnalis dan independensi redaksi menjadi tantangan serius.
#Resistensi Media Internal dan Komersial
Disisi lain, dalam media massa sendiri ada masalah represi internal. Misalnya, pemecatan pekerja jurnalis saat membentuk serikat di CNN Indonesia pada Agustus 2024, menunjukkan adanya budaya anti-serikat dalam industri media, yang dapat melemahkan kualitas jurnalisme kritis.
#Media Internal: Pijakan Komunikasi Serikat
Serikat pekerja juga mengandalkan media internal, buletin, website, grup WhatsApp untuk membangun komunikasi harmonis di antara anggota. Media ini penting untuk menjaga kohesi organisasi dan meningkatkan pemahaman isu secara menyeluruh.