Bekasi, KPonline – Belakangan banyak buruh yang ter PHK lantaran kondisi perekonomian yang tidak menentu dan peraturan ketenagakerjaan yang membuat mudah buruh untuk di PHK.
Sebut saja Sutrisno salah satu buruh yang menjadi korban PHK dari salah satu perusahaan di Bekasi pada Mei 2020 silam.
Pasca ter PHK karena usia tidak lagi muda, akhirnya pria asal Wonogiri ini memutuskan untuk pulang kampung. Berbekal uang pesangon dan sedikit tabungan ia putuskan untuk membeli tanah yang akhirnya ia gunakan untuk bercocok tanam.
Minggu (5/6/2022), saya melakukan komunikasi dengan Sutrisno karena ia salah satu sahabat saya saat masih di bangku sekolah.
Dalam obrolan yang hampir 30 menit ia bercerita kesibukannya sebagai petani membuatnya capek namun lebih tenang dan damai.
“Alhamdulillah masih bisa bekerja walaupun berat karena petani, tapi Alhamdulillah dikampung cukup damai dan tenang bersama keluarga kecilku,” katanya di balik telepon.
Hal yang cukup mengejutkan hasil bertaninya kalau dibandingkan dengan pendapatannya saat menjadi buruh justru lebih banyak, bahkan ia dalam menggarap kebon jagungnya saja kadang membutuhkan tenaga yang harus ia bayar lebih dari 15 orang saat panen.
Selanjutnya ia bercita-cita ingin memajukan kampungnya dengan mengajari para petani untuk bercocok tanam yang baik dan membentuk paguyuban petani dikampunnya agar bisa menghasilkan yang terbaik.
“Saya ingin membentuk paguyuban petani seperti hal serikat pekerja dilingkungan buruh agar mereka cerdas dan tidak dibodohi tengkulak atau pengepul,” pungkasnya.
PHK bukan akhir segalanya berbuatlah sesuai dengan kemampuanmu, Insya Allah berhasil. (Yanto)