Ketua DPW FSPMI Riau: Tiada Kebun Sawit Tanpa Penindasan, Saatnya Buruh Melawan!

Ketua DPW FSPMI Riau: Tiada Kebun Sawit Tanpa Penindasan, Saatnya Buruh Melawan!

Pelalawan, KPonline – Jeritan buruh di balik rimbunnya perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau kini mencapai titik nadir. Menanggapi kondisi tersebut, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Provinsi Riau, Satria Putra, mengeluarkan pernyataan keras terkait potret buram industri primadona ini.

Satria Putra, yang juga menjabat sebagai pengurus Pimpinan Pusat Serikat Pekerja Perkebunan dan Kehutanan (PP SPPK-FSPMI), menegaskan bahwa kemilau laba industri sawit berbanding terbalik dengan nasib manusia di dalamnya.

“Setelah turun ke lapangan dan membedah anatomi perburuhan di sektor ini, saya nyatakan dengan tegas: Tidak ada satupun perusahaan perkebunan kelapa sawit yang di dalamnya bersih dari praktik penindasan!” ujar Satria dalam pernyataan resminya hari ini. Banjir Aduan: Target Tidak Manusiawi hingga Pengangkangan Hak
Dalam beberapa bulan terakhir, DPW FSPMI Riau dibanjiri laporan pilu dari para buruh perkebunan di berbagai pelosok Riau.

Satria membeberkan sejumlah temuan krusial yang menunjukkan betapa “murahnya” nyawa dan keringat buruh di mata pengusaha:
Target Kerja yang Tidak Manusiawi: Buruh dipaksa memenuhi kuota (target) yang melampaui batas kemampuan fisik manusia demi mengejar upah yang layak.
Abai Terhadap K3: Perlengkapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) seringkali dianggap formalitas, membiarkan buruh bertaruh nyawa di medan kerja yang berisiko tinggi.
Perlakuan Merendahkan Martabat: Masih banyak ditemukan tindakan intimidasi dan perlakuan tidak manusiawi dari oknum manajemen terhadap buruh di lapangan.
Pengangkangan Hak Normatif: Pelanggaran terhadap hak cuti, jaminan sosial, hingga status kerja yang terus digantung tanpa kepastian (outsourcing/harian lepas).

Kobarkan Semangat Perjuangan
Satria Putra mengingatkan bahwa kekayaan alam Riau yang melimpah seharusnya menyejahterakan rakyat, bukan justru menjadi penjara bagi kaum buruh. Ia menyerukan kepada seluruh buruh sawit di Riau untuk tidak lagi diam dalam ketakutan.

“Kita tidak sedang meminta sedekah, kita sedang menuntut hak yang dirampas! Kekayaan perusahaan itu dibangun di atas tulang belulang dan keringat kalian. Jika hari ini kita tetap diam melihat hak-hak normatif dikangkangi, maka selamanya anak cucu kita hanya akan menjadi kuli di tanah sendiri,” tegas Satria dengan nada menggebu.
FSPMI Riau berkomitmen untuk mengawal setiap aduan dan melakukan langkah-langkah organisasi yang diperlukan, mulai dari jalur diplomasi hingga aksi massa jika perusahaan tetap menutup telinga.

“Hanya ada satu kata untuk penindasan: LAWAN!” tutup Satria Putra.