Jambore Perempuan Nasional Serikat Pekerja Elektronik Elektrik FSPMI: Tingkatkan Pengetahuan dan Perjuangankan Hak Buruh Perempuan

Jambore Perempuan Nasional Serikat Pekerja Elektronik Elektrik FSPMI: Tingkatkan Pengetahuan dan Perjuangankan Hak Buruh Perempuan
Sesi foto bersama

Bogor, KPonline- Ratusan buruh perempuan dari sektor elektronik elektrik di seluruh Indonesia berkumpul dalam Jambore Perempuan Nasional yang diselenggarakan oleh Serikat Pekerja Elektronik Elektrik Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPEE FSPMI). Acara ini resmi dibuka oleh Presiden FSPMI, Riden Hatam Aziz, yang menekankan pentingnya kaderisasi buruh perempuan untuk memperkuat perjuangan buruh dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan di dunia kerja.

Selama tiga hari pelaksanaan, para peserta dibekali dengan pengetahuan dasar ketenagakerjaan, seperti hak normatif pekerja, perlindungan hukum, hingga strategi advokasi buruh perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya di perusahaan maupun di ranah kebijakan publik. Kaderisasi ini diharapkan melahirkan pemimpin-pemimpin perempuan yang berani menyuarakan keadilan di tengah tantangan dunia industri yang masih bias gender.

Salah satu fokus penting dalam jambore ini adalah pembahasan tentang diskriminasi terhadap perempuan di tempat kerja. Berbagai bentuk diskriminasi seperti ketidaksetaraan upah, pembatasan jabatan, serta beban ganda yang dialami perempuan buruh dikupas tuntas. Para peserta diajak untuk memahami persoalan tersebut dan mencari solusi bersama melalui penguatan organisasi dan advokasi kebijakan.

Selain itu, isu kekerasan terhadap perempuan di tempat kerja turut menjadi perhatian utama. Peserta diberikan pemahaman tentang bagaimana mengenali, mencegah, dan menindak kasus kekerasan seksual serta pelecehan di lingkungan kerja. FSPMI menekankan bahwa menciptakan tempat kerja yang aman dan menghargai martabat perempuan adalah kewajiban setiap perusahaan dan serikat pekerja.

Tak kalah penting, permasalahan pengupahan yang masih timpang juga dibahas secara mendalam. Dalam kenyataan, masih banyak buruh perempuan yang menerima upah lebih rendah dibanding rekan laki-lakinya, serta mengalami pemotongan hak-hak maternitas seperti cuti melahirkan dan cuti haid. Para peserta didorong untuk terus memperjuangkan sistem pengupahan yang adil dan setara bagi semua pekerja.

Di luar sesi materi, jambore ini juga menjadi wadah berbagi pengalaman dan memperkuat solidaritas antar buruh perempuan dari berbagai daerah. Melalui dialog dan diskusi, tumbuh semangat kebersamaan untuk terus bergerak melawan segala bentuk ketidakadilan yang masih dihadapi perempuan buruh hingga hari ini.

Melalui kegiatan ini, SPEE FSPMI berharap tercipta kader-kader perempuan yang tidak hanya paham akan hak-haknya, tetapi juga berani bertindak menjadi agen perubahan. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan, mereka siap memperjuangkan dunia kerja yang lebih adil, setara, dan bebas dari kekerasan serta diskriminasi gender.