Jadilah Bagian dari Serikat Pekerja, Karena Kita Tidak Pernah Sendiri

Jadilah Bagian dari Serikat Pekerja, Karena Kita Tidak Pernah Sendiri

Purwakarta, KPonline – Dalam berserikat, ada satu hal yang menjadi sandaran, yaitu solidaritas. “Seandainya saya tidak gabung serikat, mungkin saya sudah dipecat tanpa perlawanan,” kata Raka (33), buruh produksi di salah satu pabrik komponen otomotif di Kawasan Kota Bukit Indah, Purwakarta.

Ia mengaku sempat diputus kontraknya secara sepihak tanpa alasan yang jelas, namun berkat bantuan serikat pekerja, ia bisa mendapatkan kembali pekerjaannya dan bahkan diangkat sebagai karyawan tetap.

Cerita Raka bukan satu-satunya. Di banyak pabrik, para pekerja yang tergabung dalam serikat kini semakin menyadari pentingnya organisasi kolektif sebagai wadah perlindungan, pendidikan, dan perjuangan. Mereka tak lagi diam saat haknya dilanggar, tak lagi takut saat diintimidasi, dan yang paling penting: mereka tidak merasa sendiri.

Serikat pekerja, khususnya yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), kini bukan sekadar tempat berkumpul. Ia telah menjadi rumah bagi para buruh untuk menyuarakan ketidakadilan, memperjuangkan hak, dan mempererat ikatan antara pekerja dari berbagai latar belakang.

Kemudian, perlu diingat, kekuatan serikat bukan hanya dari banyaknya anggota, tapi dari kuatnya rasa kebersamaan serta kesadaran kolektif, dimana tidak dididik untuk tunduk, tapi untuk berpikir kritis dan memperjuangkan hidup yang layak.

Dan tak sedikit anggota serikat yang sebelumnya mengalami intimidasi atau pemecatan karena bersuara. Namun, sejarah panjang perjuangan serikat membuktikan bahwa solidaritas yang terorganisir mampu membalikkan keadaan. Banyak kasus PHK sepihak yang berhasil dimediasi, bahkan dibatalkan, setelah mendapat dukungan penuh dari serikat.

Selain itu, serikat tidak hanya memberikan perlindungan hukum, tetapi juga membuka akses terhadap pengetahuan tentang peraturan ketenagakerjaan, strategi bertahan hidup, hingga pelatihan bahasa asing dan digitalisasi industri.

Menariknya, kini semakin banyak pekerja muda yang bergabung dengan serikat. Mereka datang dengan semangat baru, membawa energi dan ide segar. Ini menjadi sinyal bahwa gerakan buruh tak lagi dipandang sebagai gerakan masa lalu, tetapi justru sebagai harapan masa depan.

Setidaknya, generasi sekarang harus melek organisasi. Jangan mau kerja tanpa kepastian, kontrak tanpa ujung, dan upah yang tidak manusiawi. Ingat, buruh butuh kekuatan kolektif untuk menekan kebijakan yang tidak adil.

Pesan paling kuat dari gerakan serikat pekerja hari ini bukan hanya soal tuntutan upah atau status kerja. Lebih dari itu, serikat pekerja mengembalikan martabat buruh yang selama ini diremehkan.

Dalam setiap aksi, dalam setiap pelatihan, dan dalam setiap pendampingan hukum, satu kalimat terus digaungkan: “Solidarity Forever, Kita tidak pernah sendiri”

Karena ketika satu pekerja dilemahkan, ribuan lainnya akan berdiri di belakangnya. Karena ketika pengusaha mencoba membungkam suara, serikat akan memperbesar gema perlawanan.

Dan karena ketika hidup terasa tak adil, serikat membuktikan bahwa harapan masih ada, selama kita bersatu.