Bekasi, KPonline – Para pengrajin tempe memastikan aksi mogok produksi dari Senin (21/2/2022). Mogok produksi merupakan buntut melonjaknya harga kedelai yang signifikan saat masuknya impor kedelai.
Ketua Pusat Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta Sutaryo memastikan aksi mogok produksi tetap ditempuh. Setidaknya, kata Sutaryo, ada ribuan pengrajin tahu tempe di Jabodetabek yang menyetop produksi.
“Sejak Senin (21/2/2022) sampai hari Rabu, yang pasti se-Jabodetabek akan menghentikan produksi, kalau daerah lain mungkin monitoring masing-masing, sepertinya ikut,” jelas Sutaryo, dikutip dari Kumparan pada Senin (21/2).
“Mogok produksi diikuti ribuan rumah produksi, hal ini dipicu lambatnya pemerintah menanggapi (kenaikan harga kedelai) sehingga keburu pada klenger, semaput dan akhirnya mutusin mogok,” sambungnya.
Sutaryo menyayangkan persoalan melambungnya harga kedelai (bahan baku tempe) ini selalu menjadi masalah klise yang terus-menerus berulang tiap tahunnya. Setidaknya, kesulitan mendapatkan bahan baku pembuatan tahu dan tempe ini sudah dirasakan sejak 2008 yang lalu.
Aksi mogok nantinya bakal berlanjut ke aksi menaikkan harga tahu tempe sebesar 20 persen. Kedua aksi tersebut merupakan bentuk protes jangka pendek.
Sementara harapan buat jangka panjang, kata Sutaryo, mereka berharap pemerintah bisa mengambil langkah konkret supaya masalah ini bisa teratasi. Saat ini, mereka menilai harga kedelai yang mencapai Rp 12.000 per kilogram kemahalan buat para pengrajin.
“Jangan sampai hal seperti ini terjadi tiap tahun, tiap waktu. Artinya kalau terus terulang ada penanganan pemerintah yang tidak pas,” tuturnya.
Sebelumnya, Puskopti DKI Jakarta sudah mengeluarkan surat edaran sejak pertengahan Februari 2022. Edaran ini memuat imbauan kepada seluruh perajin tempe dan tahu agar tidak melakukan produksi selama 3 hari.
Pun demikian yang dilakukan pengusaha tempe di Jawa Timur, dalam menanggapi kenaikan harga kedelai. Mereka melakukan diskusi dengan pelanggan perihal naiknya harga kedelai bahan baku tempe dan tahu.
“Kami melakukan komunikasi dengan pelanggan terkait kenaikan harga kedelai yang mencapai Rp.12.000 per kilogramnya, ada dua opsi yang kami tawarkan antara menaikan harga tempe atau mengurangi ukurannya,” jelasnya.
Melihat permasalahan ini Sardi, petani asal Wonogiri Jawa Tengah ikut komentar. “Kondisi ini memang aneh ketika petani sedang panen kedelai harga kedelai turun (murah), namun ketika import kedelai masuk harga naik bahkan kenaikan mencapai 50%,” terang Sardi, petani asal Wonogiri kepada media perdjoeangan. (Yanto)