Purwakarta, KPonline – Diantara sejuknya pagi, hangatnya matahari dan dinginnya malam yang menyelinap di sela-sela batu Taman Batu Bojong, Purwakarta, terdengar gema yang tak sekadar teriakan. Ia adalah seruan hati, suara jiwa-jiwa yang selama ini diam, lalu bangkit bersama-sama dalam satu barisan Jambore Garda Metal FSPMI, Purwakarta.
“Dan disinilah, semua bermula,” kata Habibi sebagai ketua pelaksana. “Jambore bukan sekadar untuk berkumpul, apalagi sekadar berkemah. Jambore ini kedua kalinya diselenggarakan dan merupakan panggung kecil bagi Garda Metal di Kabupaten Purwakarta yang tengah memahat sejarah besar,” lanjutnya.
Di tengah-tengah alam bebas yang indah tercipta oleh sang kuasa, tergambar sebuah ikrar yang lahir dari kesadaran serta keikhlasan bahwa eksistensi organisasi tidak pernah tumbuh sendiri, ia tumbuh bersama orang-orang yang bersedia berjalan lebih jauh dari rasa lelah mereka sendiri.
Disini, di Taman Batu yang sederhana para anggota Garda Metal FSPMI bertukar cerita, bertukar semangat, bahkan lebih dari itu. Mereka bertukar keyakinan bahwa organisasi ini bukan sekadar wadah, tapi rumah. Tempat mereka pulang setelah dihantam ketidakadilan, tempat mereka bernaung dari badai penindasan.
Jambore bukan sekadar tradisi Pramuka yang dipinjam. Ia adalah cara lain untuk memupuk rasa. Di bawah langit Taman Batu, Bojong – Purwakarta yang bersih, Garda Metal yang merupakan salah satu pilar Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) itu belajar tentang keberanian yang tidak selalu harus lewat aksi jalanan, tapi bisa juga lewat duduk melingkar, saling mendengar, saling menguatkan.
“Disinilah kita belajar bahwa Garda Metal tidak lahir dari kekuatan fisik semata, tapi dari kekuatan hati yang mau saling menjaga. Dari semangat yang tidak padam meski upah kecil dan PHK sepihak mengintai. Dari tekad yang tidak goyah walau sering diremehkan oleh ruang-ruang kekuasaan,” ungkap Habibi.
Eksistensi organisasi buruh seperti FSPMI memang kerap kali dipertanyakan. “Untuk apa berjuang kalau hasilnya tak pasti?” Tapi dari Jambore 2 ini, jawabannya mengalir pelan namun tegas. Karena tanpa perjuangan, masa depan kelas pekerja hanya akan jadi deretan angka-angka yang dipermainkan oleh mereka yang punya kuasa.
Dari taman batu ini, Garda Metal tumbuh seperti akar-akar pohon yang saling terkait, kuat karena saling menggenggam. Dan saat Jambore selesai menyapa, mereka pulang bukan sekadar membawa lelah, tapi membawa sesuatu yang jauh lebih mahal, yaitu rasa memiliki dan rasa berani.
“Semoga, setelah Jambore berakhir. Para peserta Jambore bisa jauh lebih militan, kompak dan solid dalam memperjuangkan hak-hak buruh bersama FSPMI,” harapnya.
Maka jika suatu hari nanti orang bertanya, dari mana eksistensi Garda Metal ini berawal? Jawablah dengan jujur dan sederhana. “Dari sini. Dari tawa dan peluh yang tumpah di Jambore 2 Garda Metal FSPMI Purwakarta. Dari semangat yang terus mengalir tanpa henti. Dari hati yang bersatu, dan dari langkah-langkah kecil yang berani memulai”
Untuk diketahui, Bertajuk “Bangkitkan Kembali Semangat Perjuangan Untuk Mempertahankan Eksistensi Organisasi” Garda Metal FSPMI Kabupaten Purwakarta selenggarakan Jambore 2 di Taman Batu, Bojong – Purwakarta selama dua hari, yaitu pada Sabtu-Minggu, (5-6/7/2025).