Jamkeswatch Bogor Raya Peringati HUT ke-11: Kokohkan Komitmen Pelayanan Kesehatan Tanpa Diskriminasi

Jamkeswatch Bogor Raya Peringati HUT ke-11: Kokohkan Komitmen Pelayanan Kesehatan Tanpa Diskriminasi

Cibinong, KPonline – Suasana pagi yang cerah menjadi momentum istimewa bagi Jamkeswatch Bogor Raya. Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-11, Jamkeswatch menggelar rapat rutin sekaligus doa bersama di Kantor Konsulat Cabang FSPMI Bogor, Jln. KSR Dadi Kusmayadi RT 05/RW 07, Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Sab’tu (27/09/2025).

 

Bacaan Lainnya

Mengusung tema “Pelayanan Kesehatan Tanpa Diskriminasi”, acara ini dihadiri jajaran pengurus dan relawan dari berbagai regional Bogor Raya.

 

Rapat dibuka oleh Sekretaris DPD Jamkeswatch Bogor Raya, Bung Heru, yang menyampaikan perkembangan kasus serta informasi terbaru terkait kebijakan Universal Health Coverage (UHC). Ia menyoroti perubahan mekanisme aktivasi UHC di Kota Bogor, yang kini tidak lagi bisa dilakukan secara mandiri melalui aplikasi Solit.

Sementara itu, Indra selaku Ketua Harian Jamkeswatch menegaskan bahwa kendala di lapangan masih sering dijumpai, khususnya dalam hal rujukan. “Kesulitan mencari ruangan intensif dan dokter sub-spesialis, seperti jantung anak atau bedah anak, masih sering terjadi. Pemerintah harus segera menjadikan hal ini sebagai bahan evaluasi,” tegasnya.

Ketua DPD Jamkeswatch Bogor Raya, Bung Aden, dalam sambutannya menekankan bahwa usia ke-11 merupakan simbol kedewasaan organisasi. “Relawan Jamkeswatch harus semakin matang dalam menangani kasus kesehatan. Komunikasi yang baik dan koordinasi yang solid menjadi kunci agar pelayanan terhadap masyarakat berjalan efektif,” ungkapnya.

Ia juga memaparkan lima kendala utama yang masih dihadapi relawan di lapangan, yakni:

1. Pelayanan – masih adanya diskriminasi dalam akses layanan kesehatan, terutama bagi masyarakat miskin atau yang terkendala administrasi.

2. Aktualisasi – minimnya pemahaman masyarakat terkait prosedur dan hak-hak jaminan kesehatan.

3. Kendala di desa – terbatasnya fasilitas kesehatan dan tenaga medis di wilayah pedesaan.

4. Aktivasi – proses aktivasi UHC kerap terhambat oleh aturan teknis dan sistem pendaftaran.

5. Data kependudukan – ketidakcocokan data administrasi yang menghambat akses layanan.

Acara ditutup dengan doa bersama, sesi foto, serta makan liwet yang melambangkan kebersamaan dan kekeluargaan di antara para relawan Jamkeswatch Bogor Raya.

Momentum HUT ke-11 ini kembali menegaskan peran Jamkeswatch sebagai garda terdepan advokasi kesehatan bagi buruh dan masyarakat miskin. Solidaritas para relawan diharapkan semakin kuat, sejalan dengan semangat perjuangan serikat pekerja untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang adil, inklusif, dan tanpa diskriminasi.

Pos terkait