Cirebon, KPonline – Di balik hiruk pikuk perjuangan buruh, tersimpan kisah pilu yang menggambarkan betapa kerasnya kehidupan. Kisah itu datang dari Trian, salah satu pengurus Media Perdjoeangan (MP) Cirebon Raya sekaligus pengurus PC SPAI Cirebon Raya. Ujian demi ujian menghampirinya, namun ia tetap berdiri tegak dengan penuh kesabaran dan keteguhan hati.
Sejak tahun 2023, Trian kehilangan sumber penghidupannya setelah terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kehilangan pekerjaan membuat kehidupan keluarganya goyah. Namun beban itu kian berat ketika istrinya jatuh sakit. Kondisi fisik sang istri melemah karena kerasnya tekanan hidup yang harus mereka jalani, dari segi ekonomi, kesehatan, hingga psikologis.
Belum cukup sampai di sana, sang anak yang lahir prematur kini berusia 13 tahun dengan kondisi kesehatan yang juga memerlukan perhatian serius. Menurut hasil pemeriksaan dokter spesialis di salah satu rumah sakit Cirebon, anak Trian mengalami kekurangan gizi, daya ingat yang lemah, serta keterlambatan dalam perkembangan sensorik dan motorik. Situasi ini tentu membutuhkan penanganan khusus, baik dalam pengobatan maupun pemenuhan kebutuhan gizi yang layak.
Trian menyadari, jalan yang ia tempuh bersama keluarga bukanlah jalan yang mudah. Namun di tengah segala keterbatasan, ia memilih untuk tidak menyerah. Meski tidak lagi bekerja, Trian tetap setia mengabdikan diri di Media Perdjoeangan dan PC SPAI Cirebon Raya. Baginya, organisasi adalah tempat untuk terus berdaya, tempat ia bisa memberi arti meski sedang terpuruk.
“Apapun yang saya alami, saya yakin semua ini ada hikmahnya. Saya hanya berusaha sabar, tegar, dan tetap berjuang untuk keluarga saya. Saya juga percaya, selama kita masih bersama-sama, kita tidak akan benar-benar sendirian,” ucap Trian dengan suara bergetar.
Ketegaran Trian mendapat perhatian dari kawan-kawan Media Perdjoeangan. Mereka melihat bahwa di balik sosok ayah yang sederhana itu, tersimpan kekuatan luar biasa untuk bertahan. “Bung Trian adalah bagian dari keluarga besar kita. Kami tidak akan membiarkannya berjuang sendirian. Solidaritas adalah napas perjuangan kita. Jika satu sakit, yang lain ikut merasakan. Karena itu, kami akan terus mendampingi dan memberikan semangat,” ungkap salah satu pengurus MP yang hadir memberikan dukungan.
Kisah Trian menjadi cermin bahwa perjuangan hidup tidaklah ringan, apalagi ketika harus mengurus anak dengan kebutuhan khusus sekaligus mendampingi pasangan yang sakit. Namun, ia tetap berdiri tegak, tidak larut dalam keputusasaan, dan terus memberi arti melalui perjuangan organisasi.
Dalam kondisi seperti ini, dukungan dari sesama menjadi cahaya yang menuntun di tengah gelapnya jalan. Bantuan moral, semangat, serta uluran tangan dari kawan-kawan seperjuangan adalah penguat agar Trian dan keluarganya tetap mampu bertahan.
Solidaritas Media Perdjoeangan membuktikan bahwa perjuangan bukan hanya tentang menyuarakan hak, melainkan juga tentang merawat kebersamaan dan saling menguatkan. Dan bagi Trian, setiap dukungan yang datang adalah bukti nyata bahwa ia tidak sendiri, bahwa masih ada keluarga besar yang peduli dan siap mengulurkan tangan.