Surabaya, KPonline – Rabu, 9 Juli 2025
Pernahkah kamu berdiri di hadapan Tugu Pahlawan dan bertanya-tanya, “Sebenarnya, bangunan raksasa ini terinspirasi dari apa?” Mungkin kamu pernah mendengar orang menyebut bentuknya mirip pena, lilin, bahkan tombak. Namun, sedikit yang tahu bahwa bentuk asli dari monumen setinggi 41,15 meter ini ternyata adalah paku yang tertancap terbalik—dan maknanya sungguh mendalam.
Tugu Pahlawan bukan sekadar ikon Kota Surabaya. Ia adalah penanda luka, amarah, dan keberanian sebuah bangsa yang menolak tunduk kepada penjajahan.
Ide Bung Karno yang Penuh Filosofi
Tahun 1951, Bung Karno menggagas bentuk Tugu Pahlawan sebagai paku terbalik. Tampak sederhana memang, tapi siapa sangka, filosofi di baliknya menyimpan peringatan yang begitu kuat dan menyayat.
Menurut Ahmad Zaki Yamani, pemerhati sejarah dan storyteller, paku adalah simbol dari kemerdekaan. Bayangkan kamu menginjak paku—rasa sakitnya langsung terasa, tajam dan menyengat. Bila paku itu menancap dalam, sakitnya bertambah. Saat dicabut, rasa ngilu yang tertinggal justru lebih menyiksa. Bahkan setelah terlepas, luka itu bisa menimbulkan infeksi, bahkan kematian.
“Begitulah kemerdekaan kita,” ujar Zaki. “Jika ada bangsa lain yang berani ‘menginjak’ kemerdekaan Indonesia, maka mereka akan merasakan perlawanan yang menyakitkan dan membekas.”
Dan dari paku itulah, Bung Karno ingin kita semua paham: Kemerdekaan bukan pemberian, tapi hasil dari luka-luka panjang yang tak boleh dilupakan.
Lebih dari Monumen – Ini Pusaka Jiwa Rakyat Surabaya
Tugu Pahlawan berdiri gagah di jantung Kota Surabaya, tepatnya di Jl. Pahlawan, Alun-Alun Contong, Kecamatan Bubutan. Kawasan ini dulunya menjadi saksi pertempuran 10 November 1945 yang heroik, ketika arek-arek Suroboyo menghadapi pasukan Sekutu yang jauh lebih lengkap senjatanya.
Setiap jengkal tanah di sekeliling tugu itu adalah bagian dari sejarah berdarah, tempat di mana rakyat biasa berubah menjadi pahlawan. Tempat di mana teriakan “Merdeka atau Mati!” bukan sekadar slogan, tapi sumpah hidup atau mati.
Wajib Dikunjungi Sekali Seumur Hidup
Tugu Pahlawan bukan hanya milik warga Surabaya, tapi milik seluruh rakyat Indonesia. Bagi siapa saja yang ingin benar-benar memahami arti kemerdekaan—bukan hanya dari buku sejarah, tapi dari rasa yang menyentuh langsung ke hati—berkunjung ke Tugu Pahlawan adalah keharusan.
Berjalan menyusuri taman dan melihat patung-patung pejuang, menyimak rekaman sejarah di museum bawah tanah, dan berdiri di bawah tugu itu sambil menengadah ke langit—akan membuatmu merinding dan terdiam dalam keheningan yang penuh makna.
Penutup: Jangan Sampai Kita Lupa
Bung Karno pernah berkata, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.” Dan Tugu Pahlawan adalah pengingat abadi bahwa kemerdekaan ini dibayar mahal. Luka, darah, dan nyawa adalah ongkos yang telah lunas dibayarkan oleh para pejuang.
Maka dari itu, jangan biarkan sejarah ini menjadi kabur. Datanglah, resapilah, dan teruskan semangatnya. Karena hari ini, kita bukan hanya mewarisi tanah merdeka—tapi juga tanggung jawab untuk menjaganya.
—
Ditulis oleh: Khoirul Anam