Garut, KPonline-Ratusan buruh dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Jawa Barat gelar aksi unjuk rasa solidaritas di depan PT. Pratama Abadi Industri (JX2), Garut. Massa buruh tersebut datang dari Purwakarta, Karawang, Bandung, Subang, Cianjur, Bekasi, hingga Bogor.
Aksi yang berlangsung pada Rabu, (3/12) ini dipicu oleh PHK sepihak terhadap Ketua Pimpinan Unit Kerja (PUK) Serikat Pekerja Aneka Industri (SPAI) FSPMI PT. Pratama Abadi Industri (JX2), Taufik Hidayat, yang tidak hanya diberhentikan, tetapi bahkan dipidana. Langkah ekstrem ini oleh FSPMI disebut sebagai manuver sistematis untuk memberangus serikat pekerja, sesuatu yang jelas-jelas dilarang oleh UU No. 21 Tahun 2000.
Tidak berhenti sampai Taufik, perusahaan juga menindak tegas para pengurus lainnya. Tiga nama berikut ikut tersapu:
1. Erwin Dwi Putra
2. Rd. Muhammad Erwan Salapudin Jaya Atmaja
3. Yoga Irvan M.
DPW (Dewan Pimpinan Wilayah) FSPMI Jawa Barat menilai pola ini terlalu mirip dengan union busting untuk bisa dianggap kebetulan. Terstruktur, sistematis, dan menyasar para pengurus inti.
Di tengah aksi damai, situasi sempat memanas. Sekelompok orang yang mengklaim sebagai karang taruna setempat tiba-tiba muncul dan memicu kericuhan kecil. Namun beruntung, aparat Polres Garut bergerak cepat dan mediasi pun dilakukan, hingga aksi kembali kondusif.
Dari atas mobil komando, Ketua DPW FSPMI Jawa Barat, Suparno, menyampaikan orasi. Ia memperingatkan:
“Sekali lagi aparat kepolisian, kalau masih ada yang memprovokasi, saya nyatakan saya gak akan bubar. Karena yang kita bela adalah warga setempat (Garut)”.
Ia mengungkapkan bahwa pada Rabu mendatang akan ada pertemuan di Dinas Tenaga Kerja, difasilitasi kepolisian dan menghadirkan pihak manajemen.
“Kalau ternyata perusahaan masih pelintar-pelintut, ini nanti yang keempat, kita akan lakukan. Kita tetap persuasif, kita tetap mencari solusi. Tapi kalau dibohongi lagi? Kita siap pasang strategi berikutnya, tegasnya.
Suparno mengatakan bahwa perjuangan ini bukan untuk figur semata, namun untuk masa depan keluarga para buruh yang terancam.
“Orang Korea nyari makan di Indonesia, jangan sampai orang Indonesia dipidanakan hingga anak keturunannya tidak jelas nasibnya,” ujarnya.
Suparno bahkan menyinggung kondisi anak Taufik yang masih berumur 3 tahun.
“Bagaimana masa depan itu? Itu yang kita tanggung bersama sebagai sesama manusia,” ungkapnya.
Kemudian, Suparno pun berpesan. “Kita tunggu hari Rabu. Mudah-mudahan ada solusi terbaik. Kalau yang di-PHK bisa kembali bekerja, itu kemenangan kita. Tapi kalau perusahaan masih membohongi, strategi berikutnya sudah menunggu,” tegasnya
Kasus PHK dan pemidanaan pengurus serikat pekerja ini mengulang pola lama.
Ketika buruh bersuara, kekuatan tertentu mencoba membungkamnya.
Namun yang pasti hari ini, di Garut, ratusan buruh membuktikan satu hal bahwa Mereka tidak bisa dibungkam. Dan mereka tidak sendirian.
Pertemuan hari Rabu akan menentukan langkah berikutnya. Jika perusahaan membuka ruang dialog, konflik ini bisa mereda.
Namun jika tidak?
FSPMI Jawa Barat sudah siap kembali dengan massa yang lebih besar dan strategi yang lebih matang.