Jakarta, KPonline – Raksasa e-commerce Amazon mengumumkan akan mengalokasikan lebih dari US$1 miliar atau sekitar Rp16,4 triliun untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerjanya di Amerika Serikat (AS). Kebijakan ini meliputi kenaikan gaji serta penurunan iuran layanan kesehatan, sebuah langkah besar yang datang setelah gelombang aksi mogok pekerja pada musim liburan akhir tahun lalu.
Mengutip Reuters, Jumat (19/9/2025), kebijakan baru tersebut akan menaikkan rata-rata gaji karyawan penuh waktu sebesar US$1.600 per tahun atau setara Rp26 juta. Dengan demikian, rata-rata upah karyawan Amazon naik menjadi lebih dari US$23 per jam, sementara total kompensasi termasuk tunjangan bisa menembus US$30 per jam.
Selain kenaikan gaji, Amazon juga mengumumkan penyesuaian signifikan pada paket layanan kesehatan karyawan. Mulai 2026, biaya paket layanan kesehatan tingkat awal diturunkan menjadi US$5 per minggu, dengan biaya kunjungan (co-pay) hanya US$5. Langkah ini merepresentasikan potongan hingga 34% dari kontribusi mingguan yang sebelumnya harus ditanggung pekerja.
Kebijakan ini disebut sebagai salah satu respon perusahaan terhadap tekanan publik dan internal mengenai mahalnya biaya kesehatan yang kerap membebani karyawan berpenghasilan menengah ke bawah.
Langkah Amazon tidak bisa dilepaskan dari gelombang aksi mogok kerja yang melibatkan ribuan pekerja pada musim liburan 2024 lalu. Aksi tersebut menyoroti isu upah layak, kondisi kerja, hingga standar keselamatan di berbagai gudang Amazon. Tekanan kolektif dari pekerja, serikat buruh, serta lembaga pengawas akhirnya mendorong manajemen Amazon melakukan evaluasi besar-besaran.
Hingga akhir 2024, Amazon mempekerjakan lebih dari 1,5 juta orang penuh waktu dan paruh waktu, serta menambah ribuan pekerja musiman setiap periode belanja besar. Dengan jumlah tenaga kerja sebesar itu, kebijakan perusahaan memiliki dampak luas terhadap pasar tenaga kerja AS.
Desember lalu, Amazon juga sepakat memperketat standar keselamatan kerja setelah lembaga federal menuding perusahaan gagal mencegah cedera punggung dan masalah ergonomis di fasilitasnya. Perusahaan berjanji meningkatkan pelatihan, memperbaiki peralatan, serta memperluas sistem pemantauan kesehatan kerja.
Kebijakan baru Amazon sebagai bukti bahwa tekanan kolektif pekerja dapat menghasilkan perubahan signifikan. Dan ini bukan sekadar strategi bisnis, melainkan konsekuensi dari gerakan pekerja yang menuntut keadilan.
Dengan langkah ini, Amazon berharap dapat meredam ketidakpuasan internal sekaligus memperkuat citra sebagai salah satu perusahaan terbesar dunia yang tidak hanya mengutamakan keuntungan, tetapi juga kesejahteraan pekerja.