Serikat Pekerja FSPMI SIWS Menggelar Pendidikan Dasar Organisasi

Serikat Pekerja FSPMI SIWS Menggelar Pendidikan Dasar Organisasi

Purwakarta, KPonline-Disaat sebagian pihak berharap buruh tetap sibuk menunduk, mengencangkan ikat pinggang, dan tidak banyak bertanya, Pimpinan Unit Kerja Serikat Pekerja Automotif Mesin dan Komponen (PUK SPAMK) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) PT. Sumi Indo Wiring Systems (SIWS) malah memilih arah yang jauh lebih baik bagi mereka yang gemar mengekang, yakni mencerdaskan anggotanya.

Pada Sabtu 6 Desember 2025 di Kantor Konsulat Cabang FSPMI Purwakarta, para pengurus dan anggota SIWS menggelar Pendidikan Dasar Organisasi, sebuah langkah sederhana tapi penting. Penting dalam melahirkan anggota yang tahu haknya, mengerti struktur organisasinya, dan paham bahwa kesadaran adalah awal dari perubahan.

Sementara sebagian pengusaha berharap buruh datang kerja, pulang lelah, lalu tidur tanpa sempat memikirkan apa pun selain target produksi, kegiatan seperti ini muncul sebagai gangguan yang tentu saja tidak disukai mereka yang nyaman dengan situasi status quo. Tetapi bagi PUK SIWS, pendidikan justru adalah kunci pembebasan.

“Buruh harus mengerti mengapa serikat itu ada, bagaimana ia bekerja, dan bagaimana mereka berperan di dalamnya. Tanpa itu, perjuangan hanya menjadi slogan”.

Dalam giatnya, peserta diberikan materi tentang sejarah gerakan buruh FSPMI, fungsi PUK, hingga dasar-dasar advokasi ketenagakerjaan. Dan ini bukan sekadar pelatihan, ini adalah latihan perlawanan intelektual.

Di tengah derasnya kebijakan yang sering terasa lebih akrab dengan pengusaha dibandingkan dengan pekerja, pendidikan seperti ini hadir sebagai “Nutrisi” bagi gerakan. Sebab buruh yang paham organisasi tidak mudah ditakut-takuti, tidak gampang dipecah-belah, dan tidak bisa dipermainkan oleh angka-angka kecil dalam tabulasi upah.

Ironis, tentu saja. Ketika negara mendorong kompetensi pekerja demi produktivitas industri, serikat pekerja justru mendorong kompetensi pekerja demi harga diri dan keberanian bersuara. Dua tujuan yang berbeda, dua kepentingan yang tidak selalu sejalan.

Bisa dikatakan, pendidikan dasar ini menjadi pengingat bahwa gerakan buruh lahir bukan dari keluhan, tapi dari pengetahuan dan keberanian untuk melawan.

Dan seperti biasa, ketika buruh semakin pintar, beberapa pihak mulai gelisah.
Tentu saja buruh cerdas adalah kabar buruk bagi mereka yang selama ini hidup nyaman di atas ketidaktahuan.

Pendidikan dasar organisasi PUK SPAMK FSPMI SIWS ini mungkin terlihat sederhana. Namun di tengah situasi ketenagakerjaan yang semakin rumit dan ketimpangan yang semakin menyesakkan, langkah kecil seperti ini adalah bentuk satir yang paling telak bahwa di zaman ketika banyak ingin buruh tetap diam, serikat pekerja justru mengajarkan mereka untuk berbicara.