Kendal, KPonline – Saat yang ditunggu-tunggu dalam Jambore Pekerja Muda FSPMI Jawa Tengah 2025 pada Sabtu (2/8/2025) adalah penampilan dari sosok Khoirul Anam untuk mengisi materi di dalamnya. Sebagai salah satu punggawa dalam Media Perdjoeangan Nasional, dirinya menyampaikan pentingnya pendekatan kreatif dan kultural dalam mengenalkan serta merawat eksistensi FSPMI di kalangan generasi muda, khususnya Generasi Z melalui Seni dan Budaya.
Menurutnya, seni dan budaya merupakan medium yang efektif untuk membuka ruang ekspresi dan membangun kesadaran kelas pekerja terhadap pentingnya berserikat.
“Seni adalah hasil karya dari pikiran, dan budaya adalah hasil dari persinggungan kelompok. Lewat keduanya, kita bisa menyentuh generasi muda dan mengenalkan FSPMI dengan cara yang relevan dengan zaman mereka,” ujarnya di hadapan peserta Jambore.
Pria yang akrab disapa dengan nama Cak Anam ini menyoroti tantangan yang dihadapi FSPMI saat ini, yakni potensi penurunan jumlah anggota dalam 10 tahun ke depan jika tidak ada regenerasi dan perluasan basis anggota.
“FSPMI ini adalah milik generasi muda. Kalau kita tidak memperkenalkan FSPMI dengan cara yang sesuai dengan generasi sekarang, maka perjuangan bisa berhenti,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa seni dan budaya bisa menjadi alat kampanye yang efektif. Mulai dari musik, teater, poster digital, hingga penggunaan media sosial untuk menyebarkan konten perjuangan, adalah bentuk kampanye kekinian yang bisa menjadi magnet bagi anak muda.
“Budaya saat ini adalah share dan repost. Maka perjuangan kita pun harus hadir di sana. Jadi micro-influencer lewat konten perjuangan,” ungkapnya.
Lebih jauh, Cak Anam menyampaikan pentingnya memahami makna “ground zero” dalam serikat pekerja yaitu tempat untuk saling menjaga, saling menguatkan, dan tidak saling menjatuhkan dari belakang. Ia mengingatkan bahwa dalam realitas organisasi, seringkali ada “punggung-punggung yang ditikam” oleh kawan sendiri, sehingga FSPMI harus menjadi perisai dan baju zirah bagi pengurus maupun anggotanya.
“Kalau sudah berserikat, kedudukan pekerja dengan pengusaha akan lebih seimbang, terutama dalam hal perundingan upah dan perlindungan hak-hak buruh,” katanya.
Sebagai penutup, Cak Anam mengajak seluruh peserta untuk aktif menjadi bagian dari media kampanye generasi kedua FSPMI, melalui berbagai platform kreatif dan budaya.
“Misi kita adalah merawat FSPMI agar terus bernapas. Dengan kampanye yang sesuai zaman, kita pastikan serikat ini tetap hidup dan kuat,” pungkasnya.
Meskipun sesi berlangsung hingga malam hari, para peserta tetap antusias dan aktif mengikuti jalannya materi. Ini menjadi sinyal positif bahwa generasi muda FSPMI siap mengambil peran dalam perjuangan buruh masa depan. (Ain / Ika S)