Sekretaris Jenderal FSPMI: Konsolidasi Bukan Sekadar Mendengarkan Orasi, tapi Komitmen Aksi Nyata

Sekretaris Jenderal FSPMI: Konsolidasi Bukan Sekadar Mendengarkan Orasi, tapi Komitmen Aksi Nyata
Sekretaris Jenderal FSPMI, Sabilar Rosyad | foto by Fajar Setiady

Purwakarta, KPonline – “Konsolidasi bukanlah ruang untuk sekadar mendengar orasi, melainkan momentum untuk menyerap arahan organisasi dan menerjemahkannya menjadi tindakan”. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal FSPMI, Sabilar Rosyad dalam agenda konsolidasi ideologi (Konsil) yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) dan diselenggarakan di Kantor Konsulat Cabang (KC) FSPMI Purwakarta. Kamis, (12/8/2025).

Kemudian, jelang aksi besar yang akan dilakukan oleh FSPMI pada 28 Agustus mendatang pun diungkapkan Sabilar Rosyad dalam Konsolidasi.

Dimana, Sabilar Rosyad menekankan pentingnya memaksimalkan kekuatan massa aksi untuk mengawal tiga isu utama buruh:

Pertama, Hostum (Hapus OutsourcingTolak Upah Murah).
FSPMI menuntut kenaikan upah sebesar 8,5% – 10,5%, dihitung dari inflasi year to year sebesar 5,23% ditambah indeks. Dan pada dasarnya itu semua adalah sesuai putusan Mahkamah Konstitusi. Tak hanya itu, upah minimum sektoral kabupaten/kota (UMSK) pun turut disinggung oleh Sabilar Rosyad. “UMSK harus digaungkan di setiap daerah, dan KC wajib bertanggung jawab penuh serta mengontrol pelaksanaannya,” pungkasnya.

Kedua, Stop PHK
Dengan meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja, Sabilar mendorong pembentukan Satgas PHK di berbagai wilayah. Satgas ini diharapkan menjadi garda terdepan dalam menangani dan mencegah gelombang PHK yang memukul pekerja.

Ketiga, RUU Ketenagakerjaan
Sabilar Rosyad juga mengingatkan bahwa pembahasan konsep RUU Ketenagakerjaan harus terus dikawal, agar regulasi ke depan berpihak pada pekerja, bukan hanya pada kepentingan modal.

Selain itu, ia menginformasikan bahwa pada Februari 2026 FSPMI akan menggelar Kongres Nasional selama tiga hari di Jakarta. Tepatnya, 8-10 Februari 2026. “Bagi yang ingin mencalonkan diri sebagai pemimpin, usia maksimal adalah 53 tahun,” ujarnya.

Sabilar Rosyad menutup konsolidasi dengan pesan tajam. “Apa yang sudah disampaikan di sini jangan hanya didengar, tapi harus dilaksanakan. Konsolidasi adalah soal komitmen, bukan formalitas,” tegasnya.