Karawang, KPonline – Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Sabilar Rosyad, S.H., hadir di Konsolidasi Idiologi FSPMI dan menegaskan bahwa perjuangan buruh di tahun 2026 harus fokus pada kenaikan upah layak dan penghapusan sistem outsourcing. Hal ini ia sampaikan saat memberikan pandangan dalam Konsolidasi Organisasi Ideologi FSPMI yang digelar pada Kamis (14/8/2025) di Aula KH. Ahmad Dahlan Lantai II, Karawang Barat.
Acara yang dihadiri pimpinan nasional FSPMI dan KSPI, termasuk H. Ir. Said Iqbal, M.E., H. M. Yadun Mufid, S.E., Suparno, S.H., dan Asmat Serum, S.H., M.H., membahas empat agenda penting: verifikasi anggota PUK untuk keterwakilan di Depekab dan LKS Tripartit, persiapan aksi nasional, isu-isu ketenagakerjaan, dan strategi politik buruh.
Sabilar Rosyad menegaskan, FSPMI akan memperjuangkan beberapa tuntutan utama dalam aksi nasional pada tanggal 28 Agustus 2025 yaitu Kenaikan Upah Tahun 2026 sebesar 8,5% hingga 10,5%. Penghapusan sistem outsourcing yang dinilai merugikan pekerja. Pembentukan Satgas PHK untuk melindungi buruh dari pemutusan hubungan kerja sepihak. Reformasi pajak perburuhan demi keadilan ekonomi., Pengesahan RUU Ketenagakerjaan tanpa Omnibuslaw. Pengesahan RUU Perampasan Aset dan RUU Pemilu.
“Upah murah adalah musuh bersama. Tahun depan, kita harus pastikan buruh mendapat kenaikan yang layak, dan outsourcing harus dihapuskan,” tegasnya Sabilar Rosyad
Salah satu keputusan penting rapat adalah Aksi Nasional FSPMI pada 28 Agustus 2025 di Jakarta. Untuk FSPMI Karawang diberi target mengirim 1.200 peserta dari empat SPA FSPMI, dengan instruksi membawa bendera sebanyak-banyaknya dan mengenakan seragam putih-biru khas FSPMI.
Selain itu, rapat juga memutuskan penguatan struktur politik buruh dengan pembentukan Komisariat Pabrik atau PUK yang akan mendapatkan SK resmi dari Exco Partai Buruh Karawang.
Dengan konsolidasi ini, FSPMI menegaskan bahwa perjuangan tidak hanya dilakukan di jalanan, tetapi juga melalui jalur politik dan perundingan formal.
“Buruh tidak boleh hanya bertahan. Kita harus menyerang dengan strategi, kekuatan massa, dan ideologi yang jelas,” pungkas Sabilar.

