Pasuruan, KPonline – Suasana kegiatan konsolidasi anggota di lingkungan PT JAI mendadak hening ketika Ketua PUK SPAMK FSPMI PT JAI, Miskan, naik ke podium untuk memberikan sambutan dalam acara “Keterkaitan Leadership dan Komunikasi Efektif dalam Organisasi” pada Sabtu (6/12/2025) pagi.
Dengan suara yang tenang namun penuh wibawa, ia membuka pidatonya dengan sholawat serta salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sosok agung yang telah menuntun manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang, dan akan terus menjadi cahaya hingga yaumul qiyamah.
“Semoga kita semua selalu mendapat syafaat beliau,” ucap Miskan, disambut gumaman “Aamiin” dari puluhan buruh yang hadir.
Setelah memberikan penghormatan kepada Rasulullah SAW, Miskan dengan tegas mengangkat isu yang selama ini kerap tersembunyi di balik tembok perusahaan: kekerasan dan pelecehan, baik verbal maupun fisik, di tempat kerja.
Ia menegaskan bahwa tidak ada satu pun pekerja yang layak diperlakukan dengan cara yang merendahkan martabat.
“Kita datang bekerja untuk mencari nafkah, bukan untuk menjadi korban kekerasan atau pelecehan. Tidak boleh ada teriakan, makian, intimidasi, apalagi kekerasan fisik. Kita manusia, bukan mesin,” tegasnya.
Pernyataan itu langsung memantik tepuk tangan peserta yang sebagian besar pernah merasakan tekanan serupa.
Dalam bagian ketiga sambutannya, Miskan menyoroti fenomena yang kian terasa dalam beberapa tahun terakhir: lonjakan beban kerja.
Ia menggambarkan bagaimana banyak pekerja kini harus menyelesaikan tugas lebih banyak dari sebelumnya, namun tanpa peningkatan sumber daya manusia yang memadai. Situasi ini, menurutnya, tidak hanya menguras tenaga, tetapi juga berpotensi menghancurkan kesehatan mental.
“Beban kerja yang meningkat tanpa keseimbangan hanya akan menghasilkan stres, kelelahan kronis, dan performa yang menurun. Kita harus bicara jujur: pekerja kita bukan superman,” ujarnya.
Miskan menegaskan bahwa manajemen harus membuka ruang dialog untuk menata ulang distribusi kerja secara manusiawi, agar produktivitas tidak dibayar dengan kesehatan pekerja.
Sebelum menutup sambutannya, Miskan kembali mengingatkan bahwa kekuatan buruh ada pada persatuan. Ia menyerukan agar para anggota tidak ragu melaporkan setiap bentuk pelanggaran yang terjadi di lingkungan kerja.
“Kita tidak mencari musuh. Kita hanya menuntut martabat, perlindungan, dan keadilan. Jika kita diam, situasi tak akan berubah,” tegasnya.
Sambutan Miskan hari itu menjadi momentum penting bagi para pekerja PT JAI, bukan hanya sebagai pengingat, tetapi juga sebagai alarm bahwa persoalan-persoalan di tempat kerja tidak boleh lagi dianggap lumrah.
(Tim Media PUK JAI)



