Batam, KPonline – Konsolidasi ideologi FSPMI Kepri yang digelar di Batam pada Sabtu (13/9) menjadi momentum penting dalam perjalanan organisasi. Acara yang dihadiri oleh jajaran pengurus, perwakilan PUK,serikat pekerja ini membahas arah gerakan buruh sekaligus mempersiapkan langkah menuju Musyawarah Nasional (Munas) dan Kongres FSPMI yang akan datang.
Dalam forum tersebut, Sekretaris Jenderal DPP FSPMI, Sabillar Rosyad, menegaskan bahwa FSPMI harus mampu menjawab tantangan zaman dengan terus melakukan regenerasi kepemimpinan. Salah satu isu krusial yang menjadi perhatian adalah perubahan syarat kepemimpinan Presiden dan Sekretaris Jenderal FSPMI.
Jika sebelumnya syarat dibatasi oleh periode jabatan maksimal dua periode, maka melalui keputusan Kongres terakhir di Purwakarta, aturan itu kini direvisi. Batasan periodisasi diganti dengan batasan usia, di mana calon Presiden maupun Sekretaris Jenderal FSPMI maksimal berusia 53 tahun pada saat pendaftaran. Dengan demikian, kader yang usianya melampaui ketentuan tersebut tidak lagi diperkenankan maju sebagai calon.
Menurut Rosyad, perubahan ini bertujuan utama membuka ruang lebih luas bagi generasi muda. Dengan adanya regulasi baru ini, diharapkan anak-anak muda FSPMI memiliki peluang lebih besar untuk mengambil peran strategis dalam memimpin organisasi.
“FSPMI ini kita wariskan kepada anak-anak muda agar mereka berani mengambil keputusan penting bagi organisasi. Semangat perjuangan buruh harus terus hidup dan semakin kuat di tangan generasi berikutnya. Karena itu, regenerasi bukan hanya keharusan, tetapi juga kebutuhan,” tegas Rosyad
Suasana konsolidasi semakin menguatkan semangat kebersamaan. Para peserta menilai bahwa keputusan ini mencerminkan sikap visioner organisasi yang tidak hanya fokus pada perjuangan hari ini, tetapi juga menyiapkan kepemimpinan masa depan. Dengan demikian, FSPMI diharapkan mampu terus menjadi lokomotif perjuangan buruh Indonesia yang relevan dengan perkembangan zaman



